Ketentuan Allah Swt. dibuat pasti ada hikmahnya untuk manusia.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan pandemi COVID-19 menjadi bagian dari ujian ketauhidan dan seberapa kuat keimanan kepada Allah Swt. untuk melihat fenomena virus corona dengan prespektif masing-masing.

"Orang sekuler melihat COVID-19 seperti apa? Orang NU seperti apa? Karena saya meyakini akidah saya, iman kepada kada dan kadar Allah Swt. maka saya meyakini betul ini adalah ketentuan Allah. Saya tahu betul bahwa ketentuan Allah dibuat pasti ada hikmahnya untuk manusia," kata Jazilul atau Gus Jazil dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Jazilul mengemukakan hal itu saat memberikan sambutan secara virtual dalam acara "Istigasah dan Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa Indonesia dari Wabah COVID-19" yang digelar oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Indonesia (UI), Rabu (4/8) malam.

Menurut dia, orang boleh saja memaknai pandemi ini sebagai bagian dari skenario global, ada yang bilang dibuat di Tiongkok dan skenario global.

Ia menilai anggapan tersebut boleh saja karena manusia diberikan kekuatan oleh Allah untuk membuat skenario. Namun, pembuat skenario tertinggi hanya Allah.

"Kita sebenarnya menghadapi apa pun itu dalam skenario Allah, itu yang penting. Allah membuat skenario-skenario di Bumi sebagai tatanan dan ujian," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Gus Jazil, pandemi COVID-19 harus dihadapi dengan kekuatan iman bahwa semua daya dan upaya itu dari Allah.

Ia menilai pandemi COVID-19 justru menjadi cermin bagi masyarakat untuk melihat seberapa dekat dengan pembuat virus tersebut, pembuat alam ini, yang membuat manusia, dan skenario.

"Pada zaman sekarang, biasanya banyak yang menganggap apa itu doa, terkadang orang-orang menyepelekan doa. Tidak ada lagi konsep berkah, konsep keselamatan dari Allah," katanya.

Akibat pandemi COVID-19, kata dia, bangsa Indonesia menghadapi krisis multidimensi seperti pendapatan negara turun, utang membengkak, dan seakan-akan bangsa ini tidak mampu berbuat apa pun, serta tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi sesudah pandemi.

Pada saat ini, menurut dia, masing-masing warga harus bisa menasihati diri sendiri karena "obat" terbaik berasal dari diri sendiri dan begitu pula nasihat terbaik serta musuh terberat juga datang dari diri sendiri.

"Kita harus sering bicara dengan diri sendiri untuk berkontemplasi dan mengevaluasi diri, siapa kita serta COVID-19 ini seperti apa, karena siapa yang bisa menemukan dirinya sendiri maka dia yang paling berbahagia. Dalam konsep tasawuf, siapa yang telah menemukan dirinya sendir, dia akan menemukan Tuhan," kata Jazilul.

Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta itu mengajak semua pihak, terutama umat Islam, memperbanyak doa di tengah pandemi agar diberikan keselamatan, kesehatan, dan semangat untuk menyebarkan agama Allah.

Baca juga: Ketika corona menyentuh empat kebenaran

Baca juga: Berpikirlah positif untuk enyahkan penyakit jantung


Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021