Kotabaru (ANTARA News) - Kepala Cabang Bank Republik Indonesia (BRI), Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Igng Jaya Hardana, di Kotabaru, Rabu, mengatakan, konsuler BRI sempat memblokir rekening nasabah dari Kotabaru karena diduga akan terjadi transaksi keuangan yang tidak wajar.

Hal itu dikatakan Hardana, menyusul pemberitaan di media massa bahwa telah terjadi pembobolan uang nasabah sebuah bank di Bali dan Jakarta melalui kartu anjungan tunai mandiri (ATM).

Menurut Hardana, modus-modus yang dilakukan oleh oknum untuk mengambil uang nasabah dengan cara tidak sah akhir-akhir ini cukup luas dan harus diwaspadai oleh masyarakat, seperti yang dia alami beberapa waktu lalu.

Hardana yang pernah bertugas di Nusa Tenggara Timur tersebut mengaku, pernah ditelepon oleh konsuler BRI yang menduga akan terjadi transaksi antara nomor rekening bank asing dengan nasabah BRI dari Kotabaru yang dianggap tidak wajar.

Setelah mendapat informasi dari konsuler, Hardana langsung meminta agar nomor rekening tersebut diblokir, untuk menyelamatkan agar uang nasabah BRI tetap selamat, karena diduga telah terjadi penipuan.

Pengalaman kedua, modus penipuan untuk mendapatkan uang dengan cara tidak sah juga pernah dialaminya sendiri ketia telah terjadi serah terima jabatan unsur Muspida Kotabaru.

Ia mengaku pernah dihubungi seseorang yang mengaku seorang pejabat yang baru ditugaskan ke Kotabaru dan meminta sejumlah uang karena ada keperluan mendesak.

"Saat itu, ia meminta ditransfer uang Rp50 juta," katanya.

Karena tidak yakin bahwa yang menelpon itu benar pejabat yang baru bertugas di Kotabaru, Hardana meminta waktu untuk mengumpulkan uang.

Namun kesempatan tersebut dia pergunakan untuk menghubungi salah satu ajudan pejabat yang baru ditugaskan tersebut melalui teman dekatnya.

"Ternyata dugaan saya benar, orang tersebut bukan pejabat, tetapi orang yang hanya mengaku-ngaku saja dan memanfaatkan nama pejabat untuk menipu orang lain," kata dia.

Untuk menjebak "pejabat gadungan" tersebut, Hardana mengaku, tetap akan mengirimkan uang kepadanya.

"Namun tahu berapa yang saya transfer...?, hanya sepuluh rupiah, melalui SMS banking," katanya.

Selama bertugas, Hardana telah banyak menjumpai modus penipuan dan pembobolan uang nasabah.

Oleh sebab itu, dengan pengalaman tersebut, dia meminta kepada para nasabah untuk selalu mengganti nomor PIN secara periodik dan tidak memberitahukan nomor PIN kepada siapa saja, termasuk petugas bank bahkan suami/istri atau anak sekalipun.

Selain itu, kata dia, agar uang di tabungan tetap aman, saat mengambil uang dari ATM hendaknya nasabah selalu waspada jika menemukan alat lain selain milik bank yang ada di dalam outlet.

"Mungkin saja alat itu untuk mendeteksi nomor PIN atau untuk membantu memudahkan oknum membobol uang nasabah," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010