Jakarta (ANTARA) - Mudik bukanlah sekadar aktivitas-rutinitas tahunan, melainkan eksplorasi jatidiri-spiritualitas yang berkesinambungan. Dasarnya cinta kasih nan suci. Tujuannya adalah kebahagiaan sejati.

Terminologi ‘mudik’ dan ‘pulang kampung’ mendadak menjadi perbincangan yang aktual sekaligus kontroversial. Setelah Presiden Jokowi memaparkan serta "memopulerkan" melalui perspektif sosio kulturo linguistik.

Tulisan ini tidak akan membahas paradigma itu, tetapi akan mengkaji mudik menurut medik, diperkaya tinjauan multiperspektif. Sebabnya, mudik adalah fenomena yang multikompleks.

Mudik adalah tradisi altruistik-religius khas Indonesia sebagai konstelasi dari "perjalanan suci", solilokui hati, bahasa nurani, sebagai manifestasi silaturahmi, sublimasi cinta kasih insani, berdimensi rohani, dan berimplikasi menggapai kehidupan surgawi.

Dengan kata lain, mudik merupakan penggalian-penemuan jatidiri, meniti kebijaksanaan-kebenaran hakiki-sejati, menuju rida Ilahi. Ada dua tipe mudik, yakni duniawi alias ragawi dan ukhrawi alias rohani.

Mudik duniawi hanya berorientasi nafsu kedirian dan keegoisan, pamer kesuksesan, berbangga akan penampilan, kisah kemenangan namun sejatinya kekalahan, bercerita perjuangan hidup seolah meletup namun hakikatnya telah meredup. Mudik duniawi itu miskin makna, hampa realita.

Mudik ukhrawi berorientasi rida Ilahi, berbekal amal salih dan keikhlasan hati, jauh dari niat ingin dipuji. Tetap istiqamah di dalam berbuat kebaikan. Senantiasa menebar perdamaian dan kebahagiaan kepada semua insan.

Mudik ukhrawi ini memiliki dua komponen utama, yakni cinta kasih dan kebahagiaan. Keduanya berdimensi Ketuhanan, bukan sekadar berlandaskan kemanusiaan.

Baca juga: Ketua Gugus Tugas: Sekali lagi tidak ada mudik

Baca juga: Polres Bangka perketat pengawasan warga mudik Lebaran


Cinta kasih

Postulat Sternberg tentang teori segitiga Cinta tahun 2007 mengemukakan komponen cinta kasih, yaitu komitmen, keintiman (intimacy) dan renjana (passion).

Teknik-teknik pencitraan dengan neuroimaging (fMRI, PET) berhasil memetakan dan mengobservasi aksi neuro transmiter di otak dan sistem neuroendokrin.

Cinta kasih dan kemesraan hubungan [di antara manusia] melibatkan hormon, yakni oksitosin dan vasopresin. Oksitosin (hormon cinta)
memicu kontraksi otot selama proses persalinan dan keluarnya ASI saat laktasi.

Vasopresin berperan di dalam fungsi kardiovaskuler dan pengaturan tekanan darah. Kedua hormon inidiproduksi oleh nukleus supraoptik dan paraventrikular dari hipotalamus dan dilepaskan kesirkulasi oleh kelenjar pituitari. Ada pula peran dopamin.

Saat berikatan dengan dopamine reward system, oksitosin dan vasopresin menginduksi pelepasan dopamin, membuat cinta kasih menjadi suatu pengalaman fantastis yang tak terlupakan.

Cinta memang merupakan fenomena neurobiologis kompleks yang melibatkan sinyal serotonergik, oksitosin, vasopresin, dan dopamin.

Mekanisme morfinergik endogen dan endorfin, berkaitan erat dengan jalur autoregulasi nitrik oksida, juga memainkan peran penting (Esch T dan StefanoGB, 2005).

Saat seseorang jatuh cinta, aktivitas di korteks frontal otak berkurang, membuatnya tidak dapat menilai karakter atau figur sang kekasih secara objektif, sehingga seolah sangat sempurna. Inilah dasar ilmiah mengapa cinta itu buta.

Cinta memang seringkali tidak rasional karena penilaian rasional dihentikan atau tidak lagi diaplikasikan dengan kekuatan yang sama. Cinta memiliki konsekuensi untuk kesehatan dan kesejahteraan.

Mudik bagi seseorang merupakan rutinitas yang meskipun melelahkan namun membahagiakan.

Berdasarkan perspektif neurosains, terlibat dalam aktivitas yang membahagiakan dapat mengaktivasi struktur limbik di otak.

Selanjutnya, hal itu dapat mengendalikan sistem sarafotonom, misalnya dengan mengurangi stres.

Selain itu, konsentrasi neuro modulator, yakni oksitosin dan vasopresin, meningkat selama cinta dalam diri seseorang meningkat.

Reseptor keduanya terdistribusikan di banyak bagian di batang otak yang teraktivasi selama fase cinta romantis dan cinta maternal. Tidaklah aneh, bila seseorang sedang jatuh cinta, maka bagian otaknya otomatis teraktivasi.

Cinta romantis mampu mengaktivasi korteks singulate anterior dan di beberapa regio subkortikal otak. Bagian otak yang bernama hipotalamus juga teraktivasi saat seseorang mengalami sensasi Cinta romantis.

Cinta bukan hanya melibatkan perasaan, melainkan juga proses kognitif.

Studi MRI membuktikan bahwa area korteks seperti girus angular, selaku pengendali perilaku kognitif kompleks [kognisi sosial, persepsi diri, dsb], diaktivasi bahkan saat seseorang mengalami stimuli cinta implisit.

Sistem neuron mirror yang berlokasi di otak daerah insula dan girussingulat anterior memediasi rekognisi emosi dan kognisi sosial, teraktivasi selama terinduksi pengalaman cinta.

Kebahagiaan

Kebahagiaan menurut Aristoteles memiliki dua aspek yakni hedonia dan eudaimonia. Salman Akhtar [2010] mengkategorisasi kebahagiaan menjadi empat macam; ekstasi, elasi, joy, contentment.

Para ahli berpendapat bahwa kebahagiaan manusia amat kompleks, melibatkan pelbagai pencapaian; kognitif, estetik, moral, atau domain lainnya.

Neuroregulator kebahagiaan adalah dopamin. Dopamin dilepaskan oleh hipotalamus, suatu struktur yang berlokasi di dalam otak sebagai penghubung antara sistem saraf danhormon (neuroendokrin).

Perasaan/emosi positif dan negatif memiliki jalur neurologis di otak.

Emosi positif [misalnya kebahagiaan] menghubungkan korteks prefrontal dengan nucleus accumbens, sedangkan emosi negatif menghubungkan antara nucleus accumbens danamigdala.

Menurut Kringelbach (2010), mekanisme otak yang terlibat di dalam kesenangan fundamental [makanan-seks] tumpang-tindih dengan kebahagiaan di tingkat yang lebih tinggi (keuangan, artistik, musik, altruistik, transenden).

Riset neurosians afektif berhasil mengungkapkan keberadaan area hedonic hotspots di otak bagian nukleus akumben, ventral palidum, batang otak dan tersebar di korteks (orbitofrontal, cingulate, medial prefrontal, insular). Area hedonik utama yakni cingulate anterior dan korteks orbitofrontal memiliki densitas reseptor opiat yang tinggi.

Perubahan aktivitas di jejaring frontal, seperti cingulate subgenual dan korteks orbitofrontal, berkorelasi dengan perubahan patologis pada penderita depresi.

Kerangka berpikir teoretis mencakup perspektif konvergen [biologi evolusi, genomik, neurobiologi, dan medis klinis] dapat membantu pemahaman yang lebih komprehensif tentang kehidupan, pikiran [mind], kesadaran, dan kebahagiaan (Niculescu III, dkk, 2010).

Cinta kasih-kebahagiaan yang berdimensi rohani merupakan komponen sekaligus indikator utama mudik. Mudik ukhrawi adalah tipe mudik nan ideal. Tidak fenomenal namun fundamental. Mudik ukhrawi bukan sekadar menyehatkan, melainkan mencerahkan peradaban. Mari kita budayakan dan lestarikan.

*) dr Dito Anurogo MSc, dosen FKIK Unismuh Makassar, pembelajar neurosains, delegasi Indonesia terpilih untuk mengikuti 2020The Annual Biomedical Exploration Workshop di Taipei Medical University (TMU) Taiwan ang disponsori oleh Kementerian Pendidikan Taiwan, pengurus Asosiasi Sel Punca Indonesia/ASPI, kontributor perumusan rancangan Permenkes Republik Indonesia No. 32Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Sel Punca dan/atau Sel, instruktur literasibaca-tulis tingkat nasional 2019, Health Consultant Expert Doktersiaga, dokter literasi digital, penulis puluhan buku, pengurus Himpunan Dosen Indonesia Jaya, pengurus FLP MakassarSulawesi Selatan, pengurus APKKM dan AWMI (Asosiasi Wisata Medis Indonesia), reviewer berbagai jurnal ilmiah nasional, anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), DewanPembina/Penasihat berbagai komunitas

Baca juga: Polda Metro kembali pergoki sejumlah truk angkut pemudik

Baca juga: Polda Metro panggil pemilik travel yang kepergok angkut pemudik

 

Copyright © ANTARA 2020