Banyak yang tidak mengakui. Padahal itu di semua agama ada, riset-riset banyak bicara hal itu, itu namanya 'deny the truth',
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI, Abdurahman Mas'ud mengatakan moderasi beragama harus menyasar kalangan milenial.

"Sangat cocok membicarakan moderasi beragama bersama generasi milenial," kata Mas'ud dalam diskusi yang digelar Al Wasat Institute bekerja sama dengan Balitbang dan Diklat Kemenag di Jakarta, Kamis.

Dia menyebutkan masih banyak yang menganggap​ bahwa radikalisme dan intoleransi itu tidak ada di tengah-tengah masyarakat.

Baca juga: Kemenag: boleh tidak daftarkan majlis taklim

"Banyak yang tidak mengakui. Padahal itu di semua agama ada, riset-riset banyak bicara hal itu, itu namanya 'deny the truth'," tambahnya.

Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah Hafizh Syafaaturrahman mengatakan generasi milenial punya peran besar dalam menyuarakan moderasi beragama.

Kalangan milenial, lanjut dia memiliki dua modal besar yaitu nalar kritis dan inisiatif bergerak mandiri.

Sementara peneliti Puslitbang Kemenag Muhammad Adlin Sila mengemukakan walaupun jumlah kelompok intoleran sedikit tetapi tetap menjadi ancaman bangsa ini.

Baca juga: Kemenag: UIII pusat studi Islam dunia khas Indonesia

"Sebab 'small is beautiful', oleh karena itu moderasi beragama harus terus digalakkan" tambahnya.

Direktur Al Wasat Institute Faozan Amar mengatakan moderasi beragama sangat mendesak untuk terus disosialisikan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.

"Karena moderasi beragama sama dengan merawat kebhinekaan," ujarnya.

Agar moderasi beragama berjalan dengan baik, sebutnya perlu keteladanan para elit dalam memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.

Baca juga: Kemenag: Pelaporan digital madrasah perkuat pengawasan publik
 

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019