Manado (ANTARA) - Kepala Balai Bahasa Sulawesi Utara (Sulut) Supriyanto Widodo berharap media ikut memartabatkan bahasa Indonesia melalui penggunaan bahasa secara benar menurut kaidah.

"PP Nomor 57 tahun 2014 dan turunannya itu mengatur tentang penggunaan bahasa Indonesia termasuk juga peningkatan fungsi bahasa Indonesia," sebut Widodo pada diskusi kelompok terpumpun pemartabatan bahasa negara di media massa, di Manado, Kamis.

Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional tetapi ingin ditingkatkan menjadi bahasa internasional.

"Itu sudah dilakukan beberapa tahun belakangan ini, sudah mempublikasi tentang penginternasionalan Bahasa Indonesia. Terima kasih kepada rekan-rekan media yang sudah membantu melakukan publikasi," sebutnya.

Baca juga: Balai Bahasa tawarkan semua orang untuk jadi kontributor bahasa

Menginternasionalkan bahasa Indonesia, sebut dia, tidak bisa dipisahkan dari bagaimana memartabatkan bahasa negara itu sendiri.

"Bila itu sudah kita lakukan, maka kita secara perlahan mulai menginternasionalkan bahasa Indonesia," ujarnya.

Memantapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga perlu didukung oleh media dengan cara menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah.

Penyuluh Bahasa pada Balai Bahasa Sulut, Marike Onsu mengatakan, ada sepuluh pola kesalahan yang sering ditemukan di media massa.

Pola-pola kesalahan tersebut mencakup penggunaan dua kata yang bersinonim semisal (maju ke depan, mundur ke belakang, adalah merupakan), penggunaan kata sambung yang salah (jika...maka...), penggunaan imbuhan (merubah, mentargetkan).

Selanjutnya, kalimat tidak selesai, kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku, penggunaan kata di mana dan dari mana, penggunaan kata dari pada, penggunaan kata tugas setelah predikat, serta kalimat bermakna ambigu.

"Kita sangat terbuka saling melengkapi bersama dengan rekan-rekan media, sehingga harapan bersama menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bisa diwujudkan melalui peran media," ujarnya.

Baca juga: Balai bahasa catat 414 bahasa daerah Papua

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019