Kita harus mendorong sebanyak mungkin teknologi tepat guna terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan manfaat dari kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi yang ingin dicapai dalam lima tahun ke depan adalah lahirnya berbagai macam teknologi tepat guna, hilirisasi dan nilai tambah serta substitusi impor.

"Kita harus mendorong sebanyak mungkin teknologi tepat guna terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)," katanya dalam pertemuan dengan media di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu.

Teknologi tepat guna itu, katanya, akan menambah produktivitas masyarakat untuk meningkatkan kesejateraan mereka. Contoh produk dengan teknologi tepat guna adalah traktor tangan berbahan bakar gas dan mesin pembuat 500 butir bakso per menit.

Ia mengatakan petani dan pedagang yang menggunakan produk ini akan sangat tertolong dan dapat membelinya dengan harga terjangkau sesuai dengan kebutuhan mereka.

Menristek menyatakan meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) namun kekayaan itu belum dioptimalkan dengan menghilirkan produk berbasis SDA dengan sentuhan teknologi dan inovasi serta menciptakan nilai tambah produk.

Untuk itu, kata dia, diperlukan penelitian dan pengembangan, invensi dan inovasi.

Menurut dia hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan juga diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam negeri sehingga bisa menghentikan impor karena impor menyebabkan ketergantungan yang membebani neraca perdagangan.

Contoh produk yang bisa untuk substitusi barang impor adalah bahan bakar nabati atau "green fuel" untuk menggantikan bahan bakar fosil, dan garam industri yang dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Dengan teknologi ini, BPPT mengangkat nilai garam rakyat menjadi garam industri, karena garam industri saat ini masih impor.

"Riset harus ada manfaatnya untuk pembangunan atau ekonomi secara makro sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan dan membuat substitusi impor sehingga apa yang dilakukan para peneliti dan inovator di kementerian, lembaga, BUMN, swasta dan masyarakat larinya akan ke situ," demikian Bambang PS Brodjonegoro.

Baca juga: Rumah Kawin Kepiting juara Teknologi Tepat Guna

Baca juga: "Power bank dari sampah" menangi lomba teknologi tepat guna

Baca juga: Gelar TTG strategis sebarkan karya anak bangsa

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019