Banjarbaru (ANTARA) - Petugas Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan meningkatkan upaya pencegahan terhadap potensi kebakaran lahan yang beranggotakan para Penyuluh Kehutanan dan Tentara Khusus Pengamanan Hutan (TKPH) Putri yang kerap disebut Srikandi Kehutanan itu menyasar generasi milenial untuk lebih peduli karhutla yang berdampak bencana kabut asap.

"Rasa peduli terhadap kondisi kebakaran lahan yang terjadi saat ini harus tumbuh sejak dini mulai anak-anak hingga kelak mereka dewasa nanti mengerti bahwa membakar hutan dan lahan adalah perilaku yang salah," kata Nuvi Yanti Djuhaina, Srikandi Kehutanan saat sosialisasi di SMPN 15 Banjarbaru, Jumat.

Menurut Nuvi, anak-anak dan remaja memang harus ditanamkan edukasi bahaya karhutla agar generasi milenial tersebut dapat menjadi pelopor peduli alam dan lingkungan.

"Siapa tahu dari para siswa dan siswi ini ada orang tuanya sebagai petani atau berkebun, sehingga mereka bisa menegur jika ayahnya membakar lahan," ujar Nuvi.

Baca juga: Penanggulangan karhutla Kalsel disarankan fokus pada lahan gambut

Beranggotakan lima wanita, Srikandi Dinas Kehutanan itu berkeliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya dan dari satu kampung ke kampung lain yang lokasi sekitarnya sering terjadinya karhutla.

Selain metode sosialisasi dan wawancara, mereka juga membagikan poster berisi himbauan untuk tidak membakar hutan dan lahan disertai sanksi pidana yang menjerat pelakunya.

"Kota Banjarbaru ini cukup banyak wilayah lahan gambut yang terbakar pada musim kemarau saat ini, seperti di SMPN 15 di Jalan Tegal Arum tempat kami sekarang, titik api masih terlihat di area belakang sekolah," kata Nuvi.
Tim Srikandi Dinas Kehutanan Kalsel. (antara/foto/firman)


Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan yang tergabung dalam Satgas Karhutla gabungan di Kalsel memang mengerahkan segala cara dalam upaya penanggulangan kebakaran lahan yang terjadi saat ini.

Metode suntik gambut dilakukan untuk pembasahan area lahan yang terbakar seperti di kawasan Guntung Damar yang dekat dengan Bandara Syamsudin Noor.

Di samping itu, pembuatan kanal juga dilakukan guna mengalirkan air di Waduk Riam Kanan agar dapat membasahi lahan gambut sekitar bandara yang terbakar sudah lebih dari satu minggu itu.

Mengalihkan air dari Waduk Riam Kanan langsung ke tempat gambut yang terbakar diharapkan dapat mematikan titik api secara permanen dengan biaya tidak mahal jika dibanding metode yang lain seperti "water boombing" menggunakan helikopter.

Baca juga: Asap Karhutla - SBI Kalsel bentuk satgas darurat iklim untuk bekantan
Baca juga: Kapolda Kalsel tegaskan Satgas Karhutla siaga 24 jam

 

Pewarta: Firman
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019