Tanjungpinang (ANTARA) - Sejumlah pedagang bersikap curang karena menjual air yang bersumber dari limbah bauksit di Jalan Raya Senggarang, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Hasil penelusuran Antara sejak pekan lalu hingga Senin(16/9), puluhan mobil tangki dan mobil "pick up" yang membawa dua drum kapasitas 2000 liter masuk ke lokasi yang berada sekitar 30 meter dari badan jalan.

Truk tangki dan mobil "pick up" itu menggunakan mesin penyedot air untuk mengambil air di lokasi bekas pertambangan bauksit.

Di mobil tangki dan mobil "pick up" tersebut tertulis "jual air bersih", berikut nomor ponsel pedagangnya.
Baca juga: Memburu pertambangan bauksit ilegal

Lokasi yang berada sekitar 500 meter dari Jembatan Sri Carang Tanjungpinang itu tertutup oleh gundukan tanah, dan tumbuhan.

"Ini tidak bisa dijual untuk rumah tangga, karena kotor, tidak jernih. Ini hanya untuk cor bangunan," kata salah seorang sopir mobil "pick up" yang enggan menyebutkan namanya.

Dua mobil yang belum selesai menyedot air dari kawasan berlumpur itu buru-buru meninggalkan lokasi.

"Kalau mobil tangki itu ambil air dari sini, kemudian dijual kepada rumah tangga," katanya.
Baca juga: Masyarakat Kotim diimbau tidak gunakan air tercemar

Sejumlah mobil tangki menunggu di tepi jalan ketika wartawan masuk ke lokasi itu.

Kapolres Tanjungpinang AKBP Ucok Lasdin Silalahi mengingatkan pedagang air bersih tidak bersikap curang.

Pedagang harus mengutamakan kebersihan air yang dijual karena mungkin saja sebagian pembeli menggunakan untuk air minum, masak nasi dan lainnya, ujarnya.

"Kami akan mendalami kasus ini. Kalau ditemukan, kami segera tindaklanjuti," ujarnya.

Pelaksana Tugas Gubernur Kepri Isdianto mengatakan memperdagangkan air dari sumber yang tidak steril pasti merugikan konsumen.

"Jangan manfaatkan musim kering ini dengan menjual air tidak steril," ucapnya.
Baca juga: 25,1 persen air tanah di desa tercemar
Baca juga: Walhi: sumur resapan atasi pencemaran air di DIY

 

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019