Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Bambang PS Brodjonegoro mengingatkan rencana pembangunan smartcity untuk ibu kota baru yang digagas Presiden Joko Widodo bukanlah sekedar kecanggihan teknologi informasi (TI).

"Bukan sekedar canggihnya CCTV dan TI yang digunakan namun harus dilihat pemenuhan kebutuhan dasar warga di dalamnya," kata Bambang dalam diskusi mengenai rencana pemindahan ibu kota yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis.

Bambang meminta Universitas Indonesia dapat membuat percontohan di lingkungan kampus untuk memberikan gambaran mengenai smartcity itu nantinya.

"Apalagi UI secara bertahap mulai menerapkan kebijakan penggunaan kendaraan listrik, serta membatasi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil. Saya harap UI bisa menjadi miniatur dari smartcity," ujar Bambang.

Bambang berpendapat smartcity itu berarti kota yang layak untuk ditinggali (liveable) dalam artian warga mudah untuk mengakses air minum, sanitasi, serta memiliki udara bersih.

"Saya kira kota besar seperti Jakarta seharusnya sudah bisa menyediakan air langsung minum kepada warganya untuk mewujudkan smartcity seperti yang telah diaplikasikan di negara-negara maju," kata Bambang.

Sedangkan Presiden Direktur Honeywell Roy Kosasih yang hadir dalam diskusi ini mengatakan teknologi smartcity seharusnya dapat membantu menciptakan ibu kota baru yang bersahaja dan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat serta menciptakan ekosistem yang produktif, hingga bisa bukan saja menjadi kebanggaan nasional namun juga menjadi contoh kota-kota lain di dunia.

Roy mengatakan Honeywell telah membantu beberapa kota pintar yang memiliki pertumbuhan pesat dengan teknologi Internet of Things (IoT).

"IoT digunakan untuk mengatasi berbagai tantangan seperti meningkatkan keamanan, manajemen lalu lintas, dan pemantauan kerumunan hingga keselamatan pejalan kaki," ujar dia.

Roy mencontohkan kota-kota yang menggunakan IoT itu diantaranya Ibukota Administratif Kairo Baru di Mesir; Kota dan negara bagian India seperti Bhubaneshwar, Aurangadbad, Madhya Pradesh, Ujjain, Rajkot, Faridabad, dan Ranchi; dan kemitraan dengan Smartworld untuk mendukung pemerintah Uni Emirat Arab dalam pengembangan kota yang lebih cerdas.

Membludaknya populasi di kota-kota pasti berdampak terhadap ekonomi, lingkungan, dan energi. Hal ini membutuhkan teknologi terhubung yang lebih cerdas agar kualitas hidup warga bisa ditingkatkan.

Kota pintar dibangun di atas fondasi teknologi terhubung dan IoT. Teknologi perangkat lunak canggih seperti analitik dan manajemen video, sistem identifikasi plat nomor, pelacakan dan pemantauan aset dengan GPS, sensor suhu, dan sistem pengenalan wajah adalah beberapa cara untuk membuat kota kita lebih pintar, lebih aman, dan nyaman, ujarnya.

Teknologi-teknologi tersebut, jelas Roy akan membantu memecahkan masalah perkotaan sehari-hari seperti parkir liar, manajemen lalu lintas, pemantauan kerumunan, keselamatan pejalan kaki, dan pencegahan kejahatan: semua bertujuan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.

"Kami siap membantu pemerintah dalam mewujudkan ibu kota baru yang cerdas dengan teknologi yang tepat, dibarengi dengan pengalaman global yang teruji," ujar Roy.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019