Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore, masih melanjutkan pelemahan di awal pekan.

Rupiah melemah 75 poin atau 0,53 persen menjadi Rp14.325 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.250 per dolar AS.

"Ketidakpastian hubungan dagang Amerika Serikat - China masih menjadi faktor yang mendorong minat investor untuk mengoleksi emas," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Pasalnya, lanjut Ibrahim, pada akhir pekan lalu Presiden AS Donald Trump mengatakan dirinya masih belum siap untuk membuat kesepakatan dengan China.

Sebelumnya Trump juga sudah mengancam akan mengenakan tarif 10 persen pada produk impor asal China senilai 300 miliar dolar AS.

Beberapa analis memperkirakan jika perang dagang AS-China terus tereskalasi bisa menyebabkan perekonomian global jatuh kepada resesi.

Hal itu dikarenakan AS dan China merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Pengaruhnya akan melebar ke seluruh penjuru negeri.

Untuk mempertahankan stabilitas nilai mata uang rupiah, Bank Indonesia kembali memantau keadaan pasar dengan cara melakukan intervensi dalam pasar obligasi dan valas melalui transaksi Domestic Non Delivery Forward (DNDF) yang bertujuan demi membendung risiko yang dipicu kekhawatiran akan krisis keuangan di Argentina dan risiko politik di Hong Kong serta perang dagang.

"Walaupun intervensi ini hanya menahan pelemahan sesaat, tetapi BI benar-benar ikut berjibaku dalam menstabilkan mata uangnya," kata Ibrahim.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.268 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.268 per dolar AS hingga Rp14.334 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa ini, menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.283 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.220 per dolar AS.

Baca juga: BI intervensi cegah pelemahan rupiah berlanjut akibat anjloknya peso
Baca juga: Rupiah awal pekan melemah di tengah retaliasi perang dagang
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat jelang rilis data neraca pembayaran

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019