Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil mengatakan semangat Idul Adha atau Idul Kurban 1440 Hijriah/2019 Masehi yang identik dengan penyembelihan hewan kurban sejalan dengan spirit kemerdekaan bangsa ini.

"Spirit kurban di Idul Adha sejalan dengan spirit para pejuang yang rela berkorban demi meraih kemerdekaan Indonesia," kata Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini saat memberikan sambutan pada Shalat Idul Adha 10 Dzulhijah 1440 Hijriah Tingkat Provinsi Jawa Barat di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Minggu.

Yang bertindak sebagai imam dalam pelaksanaan Shalat Idul Adha 10 Dzulhijah 1440 Hijriah/2019 Masehi Tingkat Provinsi Jawa Barat di Lapangan Gasibu Bandung ialah KH Rifai Aby Syahid, sedangkan yang menjadi khatib ialah KH Dodo Murtado A, Lc.

Semangat kurban ini, kata Kang Emil, terlihat dari pengorbanan Nabi Ibrahim AS, yang keimanannya diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail.

Peristiwa dalam Al-Quran tersebut, kata dia, merupakan kisah yang sangat lama, namun hikmah dari peristiwa tersebut tidak akan hilang maknanya dalam kehidupan umat Islam.

Gubernur mengatakan kisah tersebut memberikan pelajaran bagi unit masyarakat, bangsa, dan negara yang terkecil, yaitu keluarga, harus memiliki jiwa pengorbanan yang tinggi bagi kepentingan agama, bangsa dan negara.

Menurut Emil, makna ibadah kurban harus direnungkan, dihayati, dan diamalkan sebagai motivasi bahwa dalam hidup ini, pada hakikatnya, umat Muslim harus mampu memberikan manfaat bagi orang yang ada di lingkungan sekitarnya.

"Minggu depan kemerdekaan Indonesia, kemerdekaan kita direbut dengan darah dan air mata, pengorbanan luar bisa, hubbul wathon minal iman," katanya.

Berdekatannya Hari Raya Idul Adha dengan hari kemerdekaan Indonesia, kata Emil, diharapkan dapat menumbuhkan rasa syukur atas kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia.

Selain itu, katanya, momen tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan nikmat umur, dan nikmat iman Islam, sekaligus menumbuhkan rasa nasionalisme, mencintai Indonesia.

"Marilah kita ekspresikan kesalehan individu masing-masing diri kita, yang sekian lama kita pupuk dan bangun untuk menguatkan sisi spiritualitas manusia. Marilah kita manifestasikan, implementasikan, refleksikan dan apresiasikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan," katanya.

Apabila masyarakat Jawa Barat sudah maju pemahaman, dan implementasi keagamaan di masyarakat, Emil optimistis visi Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan kolaborasi dan inovasi dapat terwujud secara optimal.

Sementara itu, Khatib Shalat Idul Idul Adha di Lapangan Gasibu Bandung KH Dodo A Murtado, berbicara masalah Idul Adha atau Idul Kurban tak bisa lepas dari figur besar yang kenabian dan kerasulannya diakui oleh tiga agama samawi, yaitu agama Islam, Nasrani, dan Yahudi, yakni Nabi Ibrahim AS.

"Ada juga yang memberikan gelar sebagai Abul Anbiya, yaitu Ayah dari para Nabi. keteladanan dalam sosoknya sebagai kepala keluarga, hanya bisa disamai dengan sosok Imron ‘Alaihi Salam yang juga melahirkan para nabi, hal ini diabadikan Oleh Allah dalam AI-Quran surat Ali Imron Ayat 33," kata dia.

Menurut Dodo, esensi dari ibadah adalah pengorbanan, baik itu ibadah mahdhoh seperti ; shalat, zakat, puasa, dan haji, maupun ibadah gairu mahdhoh, seperti aktivitas atau kegiatan kegiatan positif, seperti kegiatan sosial.

Idul Adha, kata Dodo, erat kaitannya dengan kepemimpinan. Adapun kepemimpinan yang dimaksudkannya bersifat umum, bisa jadi pemimpin keluarga, pemimpin pasantren, pemimpin lembaga pendidikan, pemimpin-pemimpin di pemerintahan dan seterusnya.

"Semakin besar wilayah kepemimpinannya, semakin besar pahala yang ia raih dari prestasinya juga semakin besar tanggung jawab dan risikonya. Pada setiap tanggung jawab pasti ada pengorbanan di belakangnya, semakin besar tanggung jawab yang dipikul semakin berat pengorbanan yang harus dihadapi," katanya.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019