Solo (ANTARA) - Muhammadiyah siap menerima keberadaan profesor tua atau lanjut usia untuk mengembangkan sumber daya insani di lingkungan masyarakat, kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

"Bermanfaat untuk kepentingan dakwah kalau di Muhammadiyah. Muhammadiyah akan menjadi rumah untuk siapapun," katanya usai menghadiri pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif sebagai Guru Besar FKIP di Solo, Kamis.

Baca juga: Muhammadiyah: Kepala daerah agen kesatuan negara

Baca juga: Solo siap jadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah


Menyikapi pernyataan Menristekdikti M Nashir tentang kurangnya peran profesor tua untuk negara, ia mengatakan setiap orang memiliki peran bagi Bangsa Indonesia.

"Poin saya di Indonesia yang tua, muda, berilmu, kurang berilmu, awam maupun elit sama pentingnya untuk membangun Indonesia. Prinsip kita kan gotong royong," katanya.

Ia mengatakan prinsip tersebut tidak membuat pemilahan yang terjadi di masyarakat menjadi dikotomi.

"Karena itu yang paling penting siapapun dia kategori umur, jenis kelamin, kedaerahan harus menuju pada kontribusi bangsa dan negara dengan spirit gotong royong," katanya.

Ia mengatakan akan naif jadinya jika setiap orang mengatakan Pancasila dan mengatakan bahwa Indonesia itu majemuk jika para elit tidak mau menyadari bahwa Indonesia dibangun atas prinsip kebersamaan.

Sebelumnya, M Nasir berharap banyak profesor muda di bawah usia 40 tahun agar bisa lebih lama mendedikasikan diri kepada bangsa.

Ia mengatakan saat ini jumlah profesor di Indonesia masih sangat terbatas, sekitar 5.500 orang. Oleh karena itu, ia berharap jumlah tersebut dapat terus bertambah.

Baca juga: Ponpes Tebuireng- PP Muhammadiyah garap "Film Jejak Langkah 2 Ulama"

Baca juga: Ketum PP Muhammadiyah ingatkan oposisi dan koalisi tak libatkan ormas


 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019