Tiga pasien gangguan ginjal akut di RSUDAM Lampung meninggal dunia

id gangguan ginjal lampung,gangguan ginjal anak,gagal ginjal akut

Tiga pasien gangguan ginjal akut di RSUDAM Lampung meninggal dunia

Direktur RSUDAM Lampung dr. Lukman Pura menyampaikan keterangan pers mengenai pasien gagal ginjal akut di Kota Bandar Lampung, Senin (31/10/2022). (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)

Bandar Lampung (ANTARA) - Tiga pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek (RSUDAM) di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, telah meninggal dunia menurut pejabat rumah sakit.

Menurut Direktur RSUDAM dr. Lukman Pura di Bandar Lampung, Senin, tiga pasien gangguan ginjal akut yang meninggal berusia balita, terdiri atas satu anak berusia 11 bulan, satu anak berusia delapan bulan, dan satu anak berusia 13 bulan.

Ia memaparkan, pasien berusia 11 bulan yang mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal meninggal pada Sabtu (22/10), pasien berusia delapan bulan yang masuk ruang perawatan pada Selasa (25/10) meninggal satu hari setelahnya, dan pasien ketiga yang berusia 13 bulan meninggal pada Jumat (28/10) pukul 17.00 WIB, setelah dirawat selama sepekan.

"Ketiga pasien anak gangguan ginjal itu meninggal dunia di waktu berbeda, yang pertama adalah pasien usia 11 bulan karena kondisi yang kurang baik, serta yang usia delapan bulan juga terjadi perburukan keadaan," katanya.

"Untuk pasien usia 13 bulan ini sebenarnya kami dan dokter optimis akan sembuh, sebab ada sejumlah perbaikan keadaan setelah dilakukan cuci darah melalui selaput perut atau Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis selama tiga hari," ia menjelaskan.

Menurut dia, setelah tiga hari menjalani terapi cuci darah melalui selaput perut, pasien bisa mengeluarkan urine dan kondisinya membaik.

"Selama tiga hari kami sudah optimis, sebab yang menangani sampai 15 dokter, selain itu urine sudah bisa keluar sampai ada 20-30 kali penggantian. Namun, memang setelahnya beberapa hari terjadi penurunan kondisi dan terjadi gagal nafas," katanya.

Sedangkan satu pasien yang dikategorikan sebagai suspek, menurut dia, telah diperbolehkan pulang karena hanya mengalami dehidrasi.

"Sudah diperbolehkan pulang karena setelah diinfus keluar urine sebanyak 200 kubik centimeter, balita tersebut ternyata hanya dehidrasi dan hasil laboratorium tidak mengarah ke gangguan ginjal," katanya.

"Sampai saat ini belum ada pasien (gangguan ginjal akut) lagi, karena secara nasional pun kasusnya menurun," ia menambahkan.