Perubahan status pandemi jadi stimulan bangkitkan ekonomi

id MPR RI,Bambang Soesatyo

Perubahan status pandemi jadi stimulan bangkitkan ekonomi

Arsip foto - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. ANTARA/HO-mpr.go.id/pri. (ANTARA/HO-mpr.go.id)

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai perubahan status pandemi menjadi endemi COVID-19 bisa menjadi stimulan untuk membangkitkan ekonomi termasuk di sektor pariwisata.

“Momentum perubahan status dari pandemi menjadi endemi, nantinya harus dapat dioptimalkan untuk menghidupkan dan merekonstruksi kembali aktivitas sosial masyarakat, serta menjadi stimulan membangun kembali sendi-sendi perekonomian nasional, termasuk pada sektor pariwisata,” kata Bambang Soesatyo dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Hal itu dikatakannya saat menjadi pembicara dalam acara Buka Puasa Bersama dan Pra-Inagurasi “NGOPEK KUY” (Ngobrol Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yuk), secara virtual, Senin.

Bamsoet menilai perubahan status pandemi tersebut harus dimanfaatkan terutama karena Indonesia telah terpilih sebagai tuan rumah peringatan Hari Pariwisata Dunia 2022, yang akan diselenggarakan di Bali pada 27 September.

“Terpilihnya Indonesia dalam forum Sidang Majelis Umum Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO), mengisyaratkan pengakuan dunia atas eksistensi Indonesia dalam industri pariwisata global," ujarnya.

Dia menjelaskan pariwisata adalah salah satu sektor perekonomian terbesar di dunia. Tak hanya melibatkan peredaran uang yang sangat besar, melainkan juga banyak melibatkan sektor-sektor perekonomian lainnya.

Menurut dia, di tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19, jumlah wisatawan internasional mencapai 1,5 miliar orang, sebanyak 364 juta atau sekitar 25 persen diantaranya berkunjung ke kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

"Kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2019 mencapai 4,7 persen. Merosot menjadi 4,05 persen pada tahun 2020 akibat pandemi COVID-19, dan sedikit meningkat kembali menjadi 4,2 persen pada tahun 2021,” katanya.

Dia menjelaskan, data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif disebutkan bahwa devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata tahun 2021 hanya mencapai 0,36 miliar dolar AS.

Capaian itu menurut dia jauh lebih rendah dari tahun 2019 yang mencapai 3,3 miliar dolar AS dan di tingkat global, UNWTO mencatat bahwa kontribusi sektor pariwisata pada perekonomian dunia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 1,9 triliun dolar AS.

“Jauh lebih rendah dibandingkan pada masa sebelum pandemi, yang mencapai 3,5 triliun dolar AS,” katanya.

Dia berharap kehadiran Indonesia Tourism Watch (ITW) harus dapat menjadi bagian dari solusi membangkitkan kembali pariwisata Indonesia.

Karena itu menurut dia perlu menjadi kesadaran kolektif dari segenap pemangku kepentingan bahwa faktor kesehatan masyarakat adalah kunci penting, sebagai daya dorong pemulihan bagi sektor-sektor lainnya, termasuk sektor perekonomian.

"Potensi dan kontribusi wisatawan domestik juga harus dioptimalkan. Disadari atau tidak, selama ini potensi wisatawan domestik masih terkesan dipandang sebelah mata, dan belum digarap dengan serius dan maksimal,” ujarnya.

Padahal menurut dia, dengan jumlah penduduk sebanyak 273 juta jiwa, wisatawan domestik adalah potensi pasar yang sangat besar terutama dalam kondisi saat ini, ketika kedatangan wisatawan mancanegara belum sepenuhnya pulih, seperti sebelum masa pandemi.

Hadir dalam diskusi tersebut antara lain, Ketua Umum Dewan Eksekutif Nasional Indonesia Tourism Watch (DEN ITW) Ichwan Abdillah, Sekjen DEN ITW Adyta Raja Sibarani, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, dan Fungsionaris KADIN Indonesia Bidang Tenaga Kerja Nofel Saleh Hilabi.