Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meresmikan Laboratorium Terpadu Riset Oseanografi (LATERIO) di Kawasan Ancol, Jakarta, sebagai infrastruktur strategis untuk meningkatkan riset kelautan modern dan penemuan potensi keanekaragaman hayati (kehati) laut di Indonesia.
"Sebagai 'open laboratory' untuk mendukung riset kolaboratif di Indonesia dan regional, fasilitas BRIN ini terbuka bagi para periset, akademisi dan mahasiswa di seluruh Indonesia," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara peresmian gedung LATERIO di Jakarta, Selasa.
LATERIO dilengkapi dengan peralatan terkini dan canggih untuk mendukung berbagai penemuan keragaman hayati laut Indonesia termasuk mikroskop digital otomatis, mikroskop stereo trinokular, mikroskop fase kontras (compound microscope with phase contrast), mikroskop fluoresensi, dan sistem pencitraan fluoresensi.
Gedung LATERIO juga mempunyai fasilitas Laboratorium Instrumentasi Terpadu dan empat belas laboratorium preparasi untuk mendukung berbagai disiplin dalam ilmu kelautan.
Gedung LATERIO yang terdiri atas delapan lantai dibangun menggunakan Hibah Luar Negeri program Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) yang didanai oleh Bank Dunia, dengan investasi sebesar Rp73 miliar untuk gedung dan Rp49,5 miliar untuk mendukung sistem dan instrumentasi laboratorium serta interior kantor.
Semua fasilitas di LATERIO, kata dia, bersifat terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak termasuk para peneliti maupun akademisi dari dalam dan luar negeri yang ingin berkolaborasi dengan peneliti di Indonesia.
Pihak yang berminat memanfaatkan fasilitas di LATERIO, katanya, dapat mengaksesnya melalui platform E-layanan Sains (ELSA) BRIN sebagai sistem penggunaan dan layanan alat dan laboratorium yang dimiliki dan dikelola BRIN.
Peralatan lain yang juga dimiliki LATERIO antara lain spektrometri emisi optik plasma induktif (inductively coupled plasma - optical emission spectrometer), alat analisis merkuri (mercury analyzer), spektrometer serapan atom (graphite furnace atomic absorption spectrometer), spektrometer inframerah transformasi fourier (fourier transform infrared spectrometer), spektrometri massa (gas chromatography–mass spectrometry), autoanalyzer dan microbalance.
Di LATERIO, juga terdapat berbagai instrumentasi laboratorium lain seperti spektrometer raman (raman spectrometer), mikroskop pemindai elektron (scanning electron microscope), alat analisis kandungan organik total (total organic content analyzer), alat analisis ukuran partikel (particle size analyzer), penghitung koloni bakteri (colony counter), spektrofotometer khusus untuk membaca lempeng mikro (microplate spectrophotometer), dan ekstraktor pelarut yang dipercepat, demikian Laksana Tri Handoko.
Berita Terkait
BRIN sebut produksi singkong nasional untuk energi belum memadai
Minggu, 3 Maret 2024 6:07 Wib
Peneliti BRIN: Fenomena ekuinoks berpotensi timbulkan banjir di IKN
Rabu, 21 Februari 2024 18:14 Wib
BRIN sebut Ambon miliki keunggulan untuk riset ekonomi biru RI
Rabu, 21 Februari 2024 7:32 Wib
Pemanfaatan obat herbal untuk hewan kian masif
Rabu, 31 Januari 2024 12:51 Wib
BRIN sebut politik identitas sedang tidur di Pemilu 2024
Selasa, 16 Januari 2024 19:07 Wib
Prodi Fisika Itera jajaki kerja sama dengan Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN
Selasa, 5 Desember 2023 16:56 Wib
Peneliti BRIN sebut netralitas TNI bergantung pada pengawasan sipil
Selasa, 21 November 2023 12:48 Wib
Gandeng BRIN, Prodi Teknik Elektro itera kaji pemanfaatan AI dalam dunia kerja
Selasa, 14 November 2023 12:20 Wib