520.000 hektare lahan karet Sumsel perlu diremajakan

id harga,harga komoditas,harga karet,peremajaan karet,sawit,perkebunan karet,petani karet,petani sawit,komoditas

520.000 hektare lahan karet Sumsel perlu diremajakan

Pekerja membawa hasil menyadap getah karet di kawasan perkebunan karet di Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Rabu (5/4). (ANTARA FOTO/Feny Selly/kye/17)

Palembang (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mendata setidaknya 520.000 hektare dari total 1,3 juta hektare lahan karet di daerah itu perlu diremajakan karena tanamannya sudah berusia di atas 25 tahun.

Analis Prasarana dan Sarana Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpiam di Palembang, Rabu, mengatakan, tanaman karet itu produktivitasnya sudah menurun sehingga secara nilai ekonomis sudah tidak menguntungkan petani. Namun petani kini enggan meremajakannya karena harga karet stabil di kisaran rendah sejak dua tahun terakhir.

Harga karet di tingkat petani yang dijual melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (bahan olahan karet) berkisar Rp12.000 per kilogram (kg) untuk masa pengeringan satu minggu atau KKK 60 persen.

Sementara jika menjual ke tengkulak, petani hanya mendapatkan harga berkisar Rp10.000-Rp8.000/kg.

“Jika mau diremajakan, petani setidaknya mengeluarkan Rp25 juta per hektare. Situasi saat ini tentunya berat bagi petani,” kata Rudi.

Untuk itu Pemprov Sumsel mendorong adanya program peremajaan lahan karet dari pemerintah pusat seperti program yang dijalankan bagi perkebunan sawit sejak 2017.

Melalui program ini, keberlanjutan dari perkebunan karet Sumsel diharapkan dapat terjaga karena saat ini alih fungsi dari lahan karet ke lahan sawit relatif banyak terjadi.

“Kami mengedukasi petani agar tanaman karetnya tidak ditebang (dialihkan ke tanaman sawit). Untuk menambah pendapatan, petani dapat menanam tanaman sela di kebun karetnya,” kata dia.

Surono, petani karet dan sayur mayur di Desa Sigam Kayal Sari, Kecamatan Gelumbang, Muara Enim, Sumsel, mengatakan dirinya sudah mengalihkan satu hektere lahan sawit menjadi lahan karet sejak 2018.

Ia tak ada pilihan lain mengingat harga karet terus anjlok, bahkan pada 2016 sempat Rp5.000/kg.

“Saya agak frustasi dengan kebun karet waktu itu, jadi saya putuskan ditebang saja ganti dengan tanaman sawit. Tapi saya masih punya satu hektare lagi tanaman karet, belum tahu mau diapakan,” kata dia.

Surono mengatakan dirinya sudah tidak terlalu merawat kebun karetnya itu lantaran pendapatan yang diperoleh tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.

Jangankan untuk pemupukan, tanaman karet itu juga sudah tidak dipanen dalam tiga bulan terakhir oleh Surono, karena produksi getah karet sudah jauh berkurang dan harga juga stabil di kisaran rendah.

Berdasarkan data terbaru Disbun Sumsel, luas karet di Sumsel mencapai 1.311.727 hektare, dengan rincian lahan tanaman yang belum menghasilkan (TBM/Tanam) 299.567 hektare, lahan tanaman yang sudah menghasilkan (TM/Panen) 865.862 hektare, tanaman tua tapi masih menghasilkan dan tanaman rusak (TTM/TR) 146.298 hektare.

Pada 2020 produksi perkebunan karet kering Sumsel mencapai 1,2 juta ton sementara 2021 menurun menjadi sekitar 900.000 ton. Penurunan ini diperkirakan karena alih fungsi lahan hingga berkurangnya gairah petani untuk memanen getah.