Puan Maharani ajak bicarakan pentingnya pernikahan terencana pada generasi muda

id Stunting, gizi, balita, pernikahan, generasi muda, nilah dini, elsimil

Puan Maharani ajak bicarakan pentingnya pernikahan terencana pada generasi muda

Ketua DPR RI Puan Maharani. ANTARA/HO-Humas DPR RI/pri. (ANTARA/HO-Humas DPR RI)

Jakarta (ANTARA) -
Ketua DPR RI Puan Maharani membicarakan soal pentingnya pernikahan yang terencana dengan baik kepada generasi muda.

Puan Maharani dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, mengajak generasi muda untuk mempersiapkan sebaik-baiknya saat merencanakan pernikahan, karena jika tidak terencana dengan baik bisa menjadi salah satu penyebab anak yang kelak dilahirkan tidak bertumbuh dengan baik atau stunting.
 
“Penyebab utama stunting seringkali dikaitkan dengan masalah kurang gizi. Tapi sebenarnya persoalan ini merupakan isu multi-dimensi yang juga membutuhkan solusi terintegrasi,” kata Puan.
 
Hal tersebut ia sampaikan dalam diskusi "Strategi penurunan stunting dari hulu" yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur.
 
Puan hadir untuk berbagi dengan generasi muda Blitar tentang peran pernikahan dan kehamilan terencana terhadap penurunan stunting.
 
“Yang perlu diperhatikan adalah pernikahan dilakukan di usia ideal, karena dapat mengurangi risiko berat lahir rendah. Selain itu para calon ibu harus menjaga kesehatan dan asupan gizinya selama hamil serta di 1.000 hari pertama pasca kelahiran,” ucapnya.
 
 
Acara tersebut juga sekaligus memperkenalkan aplikasi Elsimil (Elektronik siap nikah dan hamil) yang memfasilitasi pembinaan bagi calon pengantin dan para calon ibu agar dapat mempersiapkan kehamilannya dengan lebih baik.
 
Peserta nantinya diharapkan menjadi agen komunikasi yang mampu mengedukasi lingkungan sekitarnya tentang pentingnya perencanaan sebelum menikah dan hamil. Hal ini penting mengingat dari tahun ke tahun angka stunting di Indonesia masih bergerak di atas 20 persen.
 
“Artinya, Indonesia sudah masuk kategori kronis stunting,” kata Puan.
 
Data Kementerian Kesehatan pada 2018 menunjukkan, 1 dari 3 balita di Indonesia menderita stunting atau kurang gizi kronis.
 
Sementara, prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan 115 dari 151 negara di dunia di mana tantangan yang ada, kata Puan, yakni terkait pengetahuan tentang gizi dan nutrisi belum merata.
 
 
“Edukasi seperti ini penting, jadi nanti kalau menikah, yang dipikirkan bukan hanya foto pre-weddingnya tapi juga bagaimana supaya bisa lebih sehat,” kata dia.
 
Permasalahan gizi dan nutrisi sendiri telah lama menjadi perhatian Puan. Ia menilai selama ini masyarakat terus diimbau untuk makan makanan yang baik, namun masalah sebenarnya lebih besar dari itu.
 
“Seringkali bukan masyarakat tidak mau makan bergizi, tapi karena kendala biaya, prioritas anggaran juga kurangnya informasi tentang gizi dan nutrisi,” kata Puan.
 
Mantan Menko PMK itu menjelaskan peningkatan tren gaya hidup sehat di tengah masyarakat saat ini sebenarnya bisa dijadikan momentum yang baik untuk mensosialisasikan pengetahuan gizi ke seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja, menurut Puan hal itu membutuhkan gotong royong semua pemangku kebijakan.
 
“Bukan hanya untuk mengedukasi namun memastikan rakyat memiliki kemudahan untuk mengakses asupan bergizi,” ujar cucu Proklamator RI Bung Karno tersebut.