Literasi keuangan telah jadi isu global

id OJK, Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan, Layanan Keuangan

Literasi keuangan telah jadi isu global

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara dalam acara Peluncuran Infrastruktur Literasi Keuangan secara daring di Jakarta, Senin (20/12/2021). ANTARA/Agatha Olivia.

Jakarta (ANTARA) -
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara menuturkan literasi keuangan saat ini telah menjadi isu global yang kian diperhatikan.

"Presidensi G20 di Italia telah menggarisbawahi literasi keuangan sebagai essential life skill dalam rangka pemberdayaan masyarakat, mendukung kesejahteraan individu dan masyarakat, mendukung inklusi keuangan perlindungan konsumen, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi," ujar Tirta dalam acara Peluncuran Infrastruktur Literasi Keuangan secara daring di Jakarta, Senin.

Maka dari itu, dirinya meyakini pemberdayaan masyarakat melalui literasi keuangan pada akhirnya akan mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan dan mendorong pembangunan yang lebih inklusif, sehingga akan meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor jasa keuangan berkembang pesat dan memberi peluang yang sangat besar kepada individu untuk mengakses produk dan layanan keuangan.
 
Dengan demikian, Tirta berpendapat akselerasi teknologi dan informasi di sektor keuangan, yang diiringi penerapan protokol kesehatan karena pandemi COVID-19 telah menjadikan digitalisasi sebagai pilihan bisnis baru.
 
"Saya bersyukur lembaga jasa keuangan terus menerus beradaptasi untuk mempertahankan eksistensinya untuk mendukung kebutuhan konsumen dengan terus berinovasi dalam keuangan digital yang lebih efisien, aman, cepat, serta mengedepankan aspek kesehatan di tengah pandemi," ucap dia.
 
Namun dengan tingkat literasi keuangan dan literasi digital yang masih rendah, ia menilai hal tersebut menimbulkan tantangan dan risiko yang baru.
 
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2019 mencatat hanya 38 persen masyarakat yang memiliki pemahaman memadai tentang produk dan layanan keuangan, jauh lebih rendah dari tingkat penggunaan produk keuangannya, yakni 76 persen
 
Artinya, masih banyak masyarakat yang telah menggunakan produk layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman produk layanan keuangan, misalnya mengenai risiko hingga denda yang ada.
 
Oleh karena itu, Tirta mengatakan segala kebijakan dalam meningkatkan literasi keuangan sangat penting dilakukan bersama.