Rejang Lebong dukung pengembangan kampung kopi

id Rejang Lebong ,Kampung Kopi ,IV Suku Menanti

Rejang Lebong dukung pengembangan kampung kopi

Penjemuran biji kopi di Desa IV Suku Menanti, Kecamatan Sindang Dataran, Rejang Lebong, dengan menggunakan solar dryer. (dok.Antara)

Rejang Lebong, Bengkulu (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mendukung rencana pengembangan kampung kopi di daerah itu oleh pihak swasta sehingga bisa berkembang.

Kepala Distankan Rejang Lebong Suherman di Rejang Lebong, Senin, mengatakan Desa IV Suku Menanti di Kecamatan Sindang Dataran merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbanyak di Rejang Lebong dan sejak 2017 lalu telah ditetapkan sebagai kampung kopi di Bengkulu.

"Kita sangat mendukung adanya rencana pengembangan usaha pengelolaan kopi di Kampung Kopi Desa IV Suku Menanti oleh PT Medco Agro, kendati sampai saat ini kita belum mendapat laporan atau koordinasi dari pihak yang bersangkutan," kata dia.

Dia berharap, dengan adanya investor yang masuk dan membantu pengolahan kopi yang dihasilkan oleh masyarakat setempat sehingga akan berdampak positif dengan terjaminnya harga jual biji kopi serta memudahkan pemasaran.

Sementara itu ditempat terpisah, Kepala Desa IV Suku Menanti, Jumari, mengatakan desanya itu telah ditetapkan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu menjadi kampung kopi sejak 2017 sehingga usaha perkebunan di desanya itu mengalami kemajuan yang cukup pesat.

Dia menjelaskan, Desa IV Suku Menanti saat ini memiliki jumlah penduduk 3.350 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 938, di mana dari jumlah itu mayoritas bekerja sebagai petani hortikultura dan kopi.

Sejauh ini industri pengolahan biji kopi di desa mereka itu sudah dilakukan oleh beberapa kelompok tani, sehingga nilai jualnya lebih tinggi setelah diolah menjadi bubuk kopi.

Luasan areal perkebunan kopi rakyat di desa yang dipimpinnya itu mencapai 780 hektare dengan produksi per tahun bisa menghasilkan 1.000 ton, di mana hasil kebun ini kebanyakan dijual dalam bentuk biji kopi, dan sebagian lagi sudah diolah menjadi bubuk kopi.

"Kendalanya saat ini ada beberapa titik jalan di desa kami yang belum dibangun sehingga saat musim hujan sulit dilalui kendaraan pengunjung yang datang ke desa kami," terangnya.