CORE perkirakan penjualan mobil April dan Mei akan lampaui capaian Maret 2021

id PPnBM,Otomotif,Penjualan mobil

CORE perkirakan penjualan mobil April dan Mei akan lampaui capaian Maret 2021

Pengunjung mengamati mobil-mobil yang dipamerkan dalam IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Minggu (18/4/2021). . ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan penjualan kendaraan roda empat pada April dan Mei akan tumbuh lebih tinggi dari Maret 2021 sebagai hasil dari perluasan pemberian relaksasi PPnBM.

“Kami perkirakan di April dan Mei akan ada peningkatan penjualan kendaraan bermotor lebih dari 11 persen,” katanya dalam acara Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi di Jakarta, Selasa.

Faisal menjelaskan penjualan kendaraan bermotor roda empat yang selama ini terkontraksi sudah mulai naik yaitu sekitar 11 persen pada Maret 2021 padahal relaksasi PPnBM saat itu baru diberikan untuk mobil di bawah 1.500 cc.

Menurutnya, pemulihan penjualan kendaraan roda empat tersebut akan semakin terakselerasi pada April dan Mei sejalan dengan pemerintah yang memperluas target pemberian relaksasi PPnBM kepada mobil 2.500 cc.

“Jadi memang cukup bisa mendorong pembelian kendaraan roda empat sampai akhir tahun padahal kondisinya sebelum pandemi itu cukup lesu industri otomotif,” ujarnya.

Meski demikian, Faisal menuturkan stimulus ini belum bersifat berkelanjutan karena relaksasi PPnBM diberikan secara bertahap sehingga peningkatan penjualan kendaraan roda empat akan turun sejalan dengan penurunan diskonnya.

“Ini memang bisa meningkatkan penjualan pada tahun ini tapi kemudian ketika masa diskonnya habis kita perkirakan akan kembali ke kondisi semula sebelum diberikan stimulus,” tegasnya.

Oleh sebab itu, ia menyarankan agar pemerintah dapat fokus untuk memberikan stimulus kepada sektor yang lebih bersifat berkelanjutan seperti bagi penciptaan lapangan kerja dan memperbanyak padat karya.

Hal itu dilakukan karena akan mampu meningkatkan daya beli sekaligus produktivitas sehingga kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi juga lebih besar.

“Kalau diberikan stimulus untuk padat karya tunai maka daya beli akan meningkat dan pengangguran bisa diserap. Ini sifatnya lebih sustainable,” ujarnya.