Produsen vaksin mengkaji dosis ketiga untuk lawan varian baru

id Prof Tjandra Yoga, produsen vaksin, dosis ketiga, varian baru

Produsen vaksin mengkaji dosis ketiga untuk lawan varian baru

Prof. Tjandra Yoga Aditama, sosok yang pernah menjabat Direktur Jenderal P2P Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kepala Balitbangkes dan kini Direktur Penyakit Menular WHO Regional Asia Tenggara di New Delhi, India.  (ANTARA/Dokumen Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengemukakan sejumlah produsen vaksin COVID-19 sedang mengkaji pemberian dosis ketiga sebagai perlindungan dari ancaman varian baru virus.

"Produsen Pfizer-BioNTech menyatakan bahwa sejauh ini mereka belum menemukan laporan dari lapangan tentang gangguan kerja vaksin akibat varian baru. Tetapi mereka mencoba antisipasi saja antara lain dengan melakukan penelitian pemberian dosis ketiga ini," katanya melalui pesan singkat di Jakarta, Senin siang.

Penelitian dosis ketiga vaksin oleh perusahaan Pfizer-BioNTech diumumkan sejak akhir Februari 2021 dengan rentang waktu penelitian yang dibutuhkan selama sebulan.

Penelitian dilakukan kepada peserta uji klinik yang sudah menerima dosis kedua vaksin Pfizer-BioNTech beberapa bulan yang lalu.

Jika hasil penelitian pemberian dosis ketiga ternyata tidak memberi hasil yang memuaskan, kata Tjandra, maka Pfizer juga sudah memulai proses kemungkinan modifikasi dan membuat vaksin baru untuk menangani perkembangan virus varian baru.

"Kalau diperlukan maka proses ini hanya akan makan waktu enam sampai delapan minggu saja," katanya.

Produsen vaksin Moderna juga dilaporkan sedang mengkaji pemberian dosis ketiga dengan tiga pendekatan.

Pertama, menggunakan vaksin yang lama tetapi dengan dosis yang lebih rendah, menggunakan vaksin yang sudah dimodifikasi dan memberikan kombinasi vaksin lama dengan vaksin yang sudah dimodifikasi.

"Penelitian awal vaksin Moderna menunjukkan bahwa varian baru B117 tidak mempengaruhi kadar antibodi netralisasi sesudah vaksinasi," ujarnya.

Di sisi lain, kata Tjandra, pada varian B1351 ternyata terdapat penurunan kadar antibodi netralisasi sesudah divaksin, walau kadarnya masih memadai untuk memberikan proteksi.

Tjandra memperoleh laporan terkait sejumlah kecil peserta vaksinasi dosis kedua di Uni Emirat Arab perlu memperoleh suntikan dosis ketiga vaksin Sinopharm sebab pada hingga penyuntikan dosis kedua tidak menunjukan respons imun yang memadai.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menambahkan kajian terhadap pemberian dosis ketiga vaksin juga diumumkan oleh pimpinan perusahaan Sinovac pada 18 Maret 2021.

Seperti diketahui secara umum negara UEA dilaporkan sudah memberikan vaksinasi COVID-19 pada 60 persen sampai 70 persen penduduknya.

"Angka cakupan nasional yang amat tinggi," demikian Tjandra.