Harga lada di kisaran Rp50.000 per kilogram

id Lada, disbun kalbar, kalbar,Harga lada,Lada batu layar

Harga lada di kisaran Rp50.000 per kilogram

Ilustrasi- Lada hitam Lampung asal Desa Maringgai. (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi)

Pontianak (ANTARA) - Harga lada putih biji di Kalbar saat ini masih di kisaran Rp50.000 an per kilogram dan belum mengalami kenaikan signifikan sejak tiga tahun terakhir.

"Harga lada putih biji di tingkat petani belum ada kenaikan yang signifikan karena saat ini baru mencapai Rp50.000-an per kilogram," ujar satu di antara petani lada di Kabupaten Sambas, Montel saat dihubungi di Sambas, Minggu.

Ia menjelaskan dengan harga yang ada saat ini meski belum sesuai harapan petani namun harga sudah tembus Rp50.000 per kilogram.

"Beberapa waktu lalu bahkan anjlok harga hanya di Rp40.000. Harga tersebut tentu membuat rugi dan petani tidak semangat," jelas dia.

Ia berharap di tahun ini harga lada pulih, paling tidak menurutnya harga tembus Rp70.000 per kilogram.

Baca juga: DRI Lampung: Perlu dorongan pemerintah tingkatkan produktivitas lada Lampung

"Kalau harga Rp70.000- Rp100.000 per kilogram tentu ini menjadi harapan. Biaya produksi akan bisa terlewati," kata dia.

Menurut petani Lada Batu Layar, Desa Sendoyan tersebut, kondisi harga lada yang belum membaik diperparah lagi kondisi sebagian besar lada petani mati dampak banjir yang terjadi belum lama ini.

"Saat ini lada petani mengalami kematian. Lada menguning dan mati dampak terendam banjir belum lama ini," kata dia.

Harga lada yang belum baik juga dikeluhkan petani lada di Kabupaten Landak, Abin. Menurut Abin harga lada di daerahnya masih di kisaran Rp50.000 per kilogram.

"Dulu harga lada pernah tembus Rp190.000 per kilogram dan kini dalam tiga tahun terakhir hanya di harga Rp50.000. Kita berharap lada tahun ini bisa baik. Sehingga menjadi andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan petani," jelas dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus Hero menyebutkan bahwa saat ini ada 11 ribuan hektare lada di Kalbar.

"Sentra lada di Kalbar sendiri yakni di Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sanggau dan Sintang. Produksi kita lebih dari 24 ribu ton biji kering," jelas dia.

Ia menjelaskan bahwa lada adalah komoditas dunia. Sehingga harga biji tergantung dengan fluktuasi pasar global.

"Solusinya memang harus diolah karena akan meningkatkan nilai tambah yang signifikan. Tantangannya pasar untuk produk olahan berupa lada bubuk harus stabil. Maksudnya pasarnya jelas terutama di pasar moderen," kata dia.

Baca juga: Ekspor lada Lampung melambung di tengah pandemi COVID-19