Indonesia harus tiru China tangani COVID-19, ujar jubir satgas

id covid-19,wiku adisasmito,satgas

Indonesia harus tiru China tangani COVID-19, ujar jubir satgas

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam sebuah konferensi di Jakarta, Kamis (29/10/2020). (ANTARA/Katriana)

Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyebutkan Indonesia seharusnya bisa meniru penanganan pandemi yang dilakukan oleh negara China karena bisa mengendalikan kasus penyebaran virus SARS CoV 2.

Wiku dalam keterangannya dalam dialog tentang perkembangan COVID-19 di Indonesia yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa China merupakan negara berpenduduk besar yang sukses dalam menangani pandemi COVID-19.

Menurut Wiku, Indonesia yang juga memiliki penduduk besar seharusnya bisa mencontoh penanganan pandemi COVID-19 yang dilakukan oleh China. Terlebih lagi, China pada awalnya merupakan episentrum penyebaran virus COVID-19 sebelum menjadi pandemi di seluruh dunia.

Berdasarkan data kasus COVID-19 yang disajikan laman World O Meters, kasus baru COVID-19 di China berjumlah 33 kasus, 432 kasus aktif, dengan total 87.183 kasus. Wiku berpendapat, kesuksesan China dalam menangani pandemi dikarenakan reaksi sangat agresif yang dilakukan oleh pihak otoritas untuk melakukan 3T yaitu pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan.

Baca juga: Ini alasan kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi, ungkap satgas

Sedangkan untuk kasus Singapura yang negaranya lebih kecil dengan jumlah penduduk lebih sedikit, seharusnya juga bisa ditiru oleh kepala daerah di Indonesia yang memiliki wilayah kepulauan.

"Artinya kalau kepemimpinan daerah dari wilayah kepulauan mencontoh ke Singapura, satu per satu kasusnya harusnya bisa rendah sekali seperti Singapura," kata Wiku.

Berdasarkan data kasus COVID-19 yang disajikan laman World O Meters, kasus baru COVID-19 di Singapura berjumlah 28 kasus, 223 kasus aktif, dengan total 58.749 kasus.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan sejak 28 Desember 2020, Singapura masuk fase tiga sehingga pengawasan relatif lebih longgar. Jika sebelumnya warga hanya diperbolehkan maksimal berlima makan di restoran sekarang boleh berdelapan, pertemuan yang sebelumnya maksimal 50 orang sekarang boleh 200 orang.

Namun itu dapat terjadi karena kurva penularan COVID-19 di negara tersebut sangat rendah bahkan tidak ada, katanya. Pengawasannya pelaksanaan protokol kesehatan sangat ketat, itu karena mereka belajar dari bulan April 2020 saat ditemukan 1.300 kasus aktif dari warga atau pendatang yang pulang dari Inggris. "Sehingga ketat sekali. Praktis sekarang tidak ada penularan," ujar dia.