Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Nastiti Kaswandani mengatakan, relatif sulit mengenali gejala pneumonia yang disebabkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 atau bakteri seperti streptococcus pneumoniae, sehingga untuk memastikannya perlu dilakukan tes swab.
"Pneumonia mengenai paru, sifatnya akut, bisa menyebabkan kematian. Infeksi pneumonia bisa karena berbagai macam bakteri dan virus. (Termasuk yang disebabkan SARS-CoV-2) dari gejala mirip. Harus dilakukan swab test untuk membedakannya," ujar dia dalam talk show virtual bertema "Selamatkan Anak dari Bahaya Pneumonia di Masa Pandemi", Kamis.
Pada tes swab, dokter akan mengambil sampel lendir untuk diperiksa menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil akhir pemeriksaan ini akan menunjukkan ada tidaknya virus SARS-CoV-2 dalam tubuh. Selain swab, tes darah mungkin juga menunjukkan tanda-tanda pneumonia COVID-19.
Dari sisi gejala, dokter spesialis paru dan pernapasan di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Feni Fitriani pernah mengungkapkan, pneumonia akibat virus corona (SARS-CoV-2) sama seperti gejala penyakit pneumonia biasa yakni demam berlanjut, infeksi saluran pernapasan dengan gejala batuk kering, pilek, sesak napas dan lesu. Selain itu, napas penderita bisa tampak sangat cepat dari biasanya.
Lebih lanjut, gejala pneumonia ini bisa berlangsung selama 14 hari atau kurang dari itu. Laman WebMD mencatat, siapa saja bisa terkena pneumonia COVID-19, namun umumnya lebih rentan dialami lansia atau orang berusia 65 tahun ke atas.
Mereka yang merawat orang dengan masalah kesehatan seperti asma, penyakit paru, hipertensi, diabetes, penyakit hati, jantung, lalu orang yang sistem imunnya lemak juga rentan terkena penyakit ini.
Di masa pandemi COVID-19 saat ini, selain menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk mencegah terkena pneumonia, seseorang termasuk anak disarankan tak bepergian kecuali untuk keperluan mendesak seperti pengobatan atau imunisasi (untuk anak).
"Kuncinya di era pandemi, IDAI imbau anak tidak keluar rumah kecuali untuk hal medesak misalnya imunisasi ke rumah sakit, anak tidak dibawa ke tempat ramai, paling baik stay di rumah. Kaau harus ke rumah sakit atau untuk urusan mendesak, terapkan protokol kesehatan," kata Nastiti.
Lalu jika terlanjur terkena, adakah penanganan khusus untuk pneumonia COVID-19? Penderita mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit dengan oksigen, ventilator untuk membantu Anda bernapas, dan cairan intravena (IV) untuk mencegah dehidrasi.
Baca juga: Otoritas Moskow siapkan vaksinasi saat Rusia kekurangan dokter
Baca juga: Inilah pesan para dokter di peringatan Hari Dokter Nasional
Berita Terkait
Kemenkes sebut sisa 5,22 juta vaksin COVID-19 gratis bagi berisiko tinggi
Senin, 25 Maret 2024 20:49 Wib
Seorang WNI "overstay" di Jepang meninggal akibat COVID-19
Kamis, 25 Januari 2024 21:41 Wib
Dokter spesialis: Perhatikan gejala COVID varian baru pada orang tua yang berisiko
Selasa, 9 Januari 2024 12:43 Wib
Wali Kota Depok sebut kasus COVID-19 meningkat
Kamis, 4 Januari 2024 9:31 Wib
Komisi IX DPR sebut kebijakan vaksin COVID-19 berbayar belum tepat
Minggu, 31 Desember 2023 5:19 Wib
Kemenkes: Dua pasien COVID-19 dua varian di Batam meninggal
Selasa, 26 Desember 2023 17:23 Wib
Tinjau Pelabuhan Merak, Menko PMK ajak pemudik lengkapi vaksinasi dan booster cegah COVID-19
Sabtu, 23 Desember 2023 18:57 Wib
Rumah Sakit Adam Malik Medan rawat empat pasien COVID-19
Kamis, 21 Desember 2023 0:09 Wib