Lampung optimalkan budidaya padi gogo untuk tingkatkan produksi beras

id padi gogo, abung surakarta,produksi naik

Lampung optimalkan budidaya padi gogo untuk tingkatkan produksi beras

Padi gogo di Kecamatan Abung Surakarta, Lampung Utara (ANTARA/HO)

 Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan, produktivitas rata-rata mencapai 8-9 ton, meskipun di lahan kering, jelas Wardoyo
Bandarlampung (ANTARA) - Provinsi Lampung mengoptimalkan budidaya padi gogo untuk meningkatkan produksi beras di daerah setempat.

"Para petani di wilayah Abung Surakarta, Kabupaten Lampung Utara, kini sedang gandrung mengembangkan padi gogo di lahan kering, terutama di bekas lahan karet dan kelapa sawit," kata Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Abung Surakarta Wardoyo, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung,  Selasa. 

Ia menyebutkan di satu kecamatan saja, berdasarkan data dari Cabang Dinas Pertanian Abung Surakarta, di tahun 2020 ini setidaknya ada 107 hektare lahan kering yang ditanami padi gogo, 50 hektare diantaranya merupakan konversi lahan kebun sawit dan karet. 

Sebagaimana  diketahui beberapa tahun belakangan harga komoditas sawit dan karet mengalami tekanan. Menurut Wardoyo, sudah sekitar dua tahun ini petani di wilayahnya mengembangkan padi gogo. 

Baca juga: Harga jual padi gadu di Lampung Timur turun, petani minta pemerintah bantu petani

Di tengah harga sawit, karet dan ubi kayu yang kurang menguntungkan petani, bertanam padi gogo menjadi peluang yang sangat menarik.

 "Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan, produktivitas rata-rata mencapai 8-9 ton, meskipun di lahan kering," jelas Wardoyo.

Pada pertemuan penyuluh pertanian setempat dengan Tim Pendamping BPP Kostratani dari Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung baru-baru ini pun Wardoyo menegaskan kesuksesan ini merupakan hasil trial and error yang dilakukan para penyuluh dan petani dengan dukungan Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikutura Dinas TPH Provinsi yang ada di Kabupaten Lampung Utara. 

“Beberapa komponen teknologi yang mendukung keberhasilan ini diantaranya adalah penggunaan benih hibrida, pupuk kandang, serta pengamatan hama secara terpadu. Kami ingin menghasilkan produk padi yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Baca juga: Harga gabah Mesuji capai Rp4.500/kg

Sementara itu, menurut Kepala Bapeltan Lampung, Abdul Roni Angkat, keberhasilan pengembangan padi gogo di lahan kering dan meningkatnya minat petani perkebunan yang mengubah lahannya menjadi padi gogo, ini makin menambah keyakinan bahwa swasembada beras yang dicita-citakan akan bisa terwujud meski tanpa harus mencetak sawah baru atau membangun bendungan dan jaringan irigasi yang membutuhkan investasi besar dari pemerintah.

 “Balai Pelatihan Pertanian Lampung akan memberi dukungan penuh bagi pengembangan SDM dan teknologi bagi pengembangan padi gogo ini agar bisa lebih meluas aplikasinya,  khususnya di Kabupaten Lampung Utara dan secara umum di wilayah kerja Bapeltan yaitu meliputi Provinsi Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Bangka Belitung,” kata Abdul Roni.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memiliki langkah strategis guna mengamankan produksi pangan nasional, salah satunya pengembangan padi gogo dalam memanfaatkan lahan kering dan menghadapi musim kering. 

Baca juga: Lampung optimistis capai target tanam padi 205.000 hektare

“Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan berupa alat mesin pertanian, sumur dangkal dan pompa air agar kebutuhan air irigasi tersedia di lahan kering. Selain itu, petani pun dibantu dengan fasilitas kredit usaha rakyat dan asuransi pertanian sehingga petani benar-benar terbantu dari permodalan dan kegagalan panen,” ujarnya.

Suwandi menambahkan pengembangan padi gogo di lahan kering merupakan salah satu terobosan guna memperkuat produksi atau ketersediaan beras tahun 2020 ini. Menurut Data BPS, produksi beras tahun 2020 mencapai 31,63 juta ton atau naik 1,00 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 31,31 juta ton.

"Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kami terus terjun ke lapangan, tidak hanya sekedar memonitor tapi memastikan langsung dan cepat mengambil langkah nyata jika terdapat lahan yang belum melakukan pengolahan dan penanaman,"  tegasnya.