Pemkab Asmat siapkan diri jadi destinasi pariwisata berkelas dunia

id Pariwisata Asmat,asmat

Pemkab Asmat siapkan diri jadi destinasi pariwisata berkelas dunia

Bupati Asmat Elisa Kambu dengan latar belakang landas pacu Bandara Ewer, Asmat. ANTARA/HO-Sevianto Pakiding

Sebetulnya ada banyak wisatawan yang mau datang ke Asmat
Timika (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Asmat, Provinsi Papua terus menggenjot pembangunan insfrastruktur perhubungan di wilayah itu guna mewujudkan visi menjadikan Asmat sebagai salah satu destinasi pariwisata berkelas dunia.

Bupati Asmat Elisa Kambu yang dihubungi dari Timika, Selasa, mengatakan guna mendukung rencana Asmat menjadi salah satu tujuan pariwisata dunia maka dalam beberapa tahun terakhir Bandara Ewer terus dikembangkan sehingga nantinya bisa didarati pesawat berbadan lebar jenis ATR.

Pengembangan Bandara Ewer yang dilakukan bersama dengan Kementerian Perhubungan itu diharapkan dapat mendongkrak arus kunjungan wisatawan ke Asmat baik domestik maupun mancanegara.

"Sebetulnya ada banyak wisatawan yang mau datang ke Asmat, namun selama ini salah satu kendala utama yaitu masalah kesulitan transportasi. Pengembangan Bandara Ewer sangat penting untuk menunjang peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Asmat," katanya.
Baca juga: Festival budaya Asmat 2020 tidak digelar meski zona hijau COVID-19


Meski secara topografis wilayah Asmat didominasi rawa dengan sungai yang lebar-lebar sehingga tidak memungkinkan dibangun akses jalan darat, namun hal itu menyimpan keunikan tersendiri yang tidak ditemukan di tempat lain.

Seni ukir pahat patung Asmat yang sudah terkenal ke seantero dunia, didukung dengan tarian khas Asmat dan aneka pesona wisata alamnya yang masih asri menjadi aset sekaligus bahan jualan untuk menarik kunjungan wisatawan ke kabupaten yang terletak di pesisir selatan Pulau Cenderawasih itu.

"Sudah tentu kalau pesawat ATR sudah bisa dioperasikan secara rutin ke Bandara Ewer Asmat maka orang akan datang terus ke Asmat karena Asmat sudah cukup mendunia. Tentu perekonomian akan berkembang seperti aktivitas perdagangan, kuliner, perhotelan dan sebagainya," kata Bupati Kambu.

Menurut orang nomor satu Asmat yang pernah menduduki jabatan Sekretaris Daerah Asmat itu, potensi pariwisata itulah yang selama ini menjadi roh utama menggerakan roda perekonomian masyarakat setempat disamping potensi perikanan.

Karena itu, dengan membuka akses perhubungan yang semakin mudah dan memadai maka pergerakan roda perekonomian masyarakat semakin maju.

Pembangunan Bandara Ewer Asmat dirintis sejak dekade 1960-an, semula untuk menunjang pelayanan misionaris di wilayah itu.

Awalnya panjang landas pacu (runway) Bandara Ewer hanya sekitar 600 meter dengan menggunakan lantai berupa tikar baja mengingat lokasinya berada di area rawa-rawa.

Setelah Asmat resmi berdiri sebagai kabupaten definitif (wilayah Asmat sebelumnya bergabung dengan kabupaten induk Merauke) pada dekade 2000-an, pemerintah daerah mulai berupaya meningkatkan kapasitas Bandara Ewer hingga bisa didarati pesawat jenis twin otter.

Upaya tersebut mulai terwujud di masa kepemimpinan Elisa Kambu - Thomas Eppe Safanpo, melanjutkan pembangunan yang dilakukan oleh bupati sebelumnya Yuvensius Alfonsius Biakai (2010-2015) dan Penjabat Bupati Elisa F Aury (2015).

"Setelah saya dengan Pak Thom (Thomas Safanpo) terpilih dan dilantik, kami fokus pada enam pembangunan infrastruktur utama, salah satunya adalah bandara," kata Bupati Kambu.

Ia mengakui membangun dan mengembangkan Bandara Ewer Asmat menelan anggaran yang sangat besar, mencapai ratusan miliar.

Baca juga: Bupati Nunukan ucapkan "NKRI harga mati" pada Bupati Asmat Papua

Anggaran itu bersumber dari APBD Kabupaten Asmat, bantuan dari Pemprov Papua, serta Pemerintah Pusat melalui Kemenhub RI.

Saat ini landas pacu Bandara Ewer sudah ditingkatkan dari 600 meter menjadi 1.650 meter dengan lebar 30 meter, dimana 450 meter diantaranya dikerjakan pada 2019.

Pemkab Asmat masih menunggu uji teknis oleh Direktorat Bandar Udara Kemenhub sebagai prasyarat kelayakan landas pacu Bandara Ewer bisa didarati pesawat jenis ATR.

"Landas pacu yang sudah digunakan 1.200 meter, sementara penambahan 450 meter belum digunakan. Karena masa pandemi COVID-19 sehingga belum dilakukan uji teknis oleh Direktorat Bandara Kemenhub," jelasnya.

Guna menunjang sisi keselamatan dan keamanan penerbangan, Bandara Ewer kini telah dilengkapi dengan Fire Fighting Kategori IV (kendaraan pemadam kebakaran), serta melanjutkan pembuatan runway strip.

"Mobil damkar ini salah satu persyaratan yang diminta sesuai prosedur pendaratan pesawat ATR. Atas kordinasi dengan pihak bandara, kendaraan damkar ini kita bawa dari Bandara Mopa, Merauke," katanya.

Fasilitas lain yang dibangun di lokasi itu seperti gedung terminal penumpang seluas 488 meter persegi, didukung koridor berkonstruksi kayu yang sekaligus menghubungan terminal ke dermaga.

Kemudian, perluasan lahan parkir pesawat (apron) berukuran 60 meter x 40 meter menjadi 90 meter x 70 meter dan landas hubung (taxi way) 86 meter x 15 meter.

"Pembangunan bandara dilakukan secara gotong royong kabupaten, provinsi, dan pusat. Sinergitas ini adalah bagaimana upaya kita menghadirkan negara di tengah-tengah masyarakat," kata Bupati Kambu.

Beberapa maskapai komersial sedang mengajukan aproving flight menggunakan pesawat ATR-42 ke Bandara Ewer yaitu Wings Air dan rencananya Trigana Air Service dengan kapasitas di atas 40 tempat duduk penumpang.