Korsel catat kasus COVID-19 terendah dalam tiga pekan

id korea selatan ,covid-19,corona,pembatasan sosial

Korsel  catat kasus COVID-19 terendah dalam tiga pekan

Seorang wanita berjalan saat hujan turun di tengah wabah pandemi virus corona (COVID-19) di Sungai Han di Seoul, Korea Selatan, Rabu (2/9/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji/FOC/djo (REUTERS/KIM HONG-JI)

Seoul (ANTARA) - Korea Selatan mencatat 168 kasus virus corona baru pada Jumat tengah malam, yang menjadi angka harian terendah dalam tiga pekan terakhir setelah pemberlakuan pembatasan sosial yang lebih ketat untuk mencegah gelombang kedua penyebaran virus itu.

Total kasus di negara tersebut meningkat hingga 21.010 kasus dengan 333 kematian, menurut data yang dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan pada Sabtu.

Jumlah kasus baru pada Jumat merupakan yang terendah sejak penyebaran besar terjadi dari gereja Kristen yang anggotanya telah mengikuti  demo politik besar-besaran pada 15 Agustus.

Kasus harian telah berada di bawah 200 sejak tiga hari terakhir setelah mencapai puncak dengan 441 kasus akhir pekan lalu, menandakan bahwa pembatasan sosial yang lebih ketat yang diterapkan Minggu lalu mulai berlaku.

Pembatasan tersebut mencakup langkah yang belum pernah dilakukan sebelumnya, termasuk untuk membatasi operasional restoran di wilayah metropolitan Seoul, di mana penyebaran saat ini terkonsentrasi, melarang makan di tempat setelah jam 9 malam, dan membatasi waralaba kopi dan toko roti untuk pesanan bawa pulang dan dikirim sepanjang hari.

Namun, pemerintah pada hari Jumat memperpanjang aturan hingga 13 September, dengan mengatakan lebih banyak waktu diperlukan untuk upaya menurunkan jumlah infeksi baru secara drastis.

"Jumlahnya memang sedang dalam tren menurun tetapi masih terlalu dini bagi kami untuk merasa tenang," kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo dalam pertemuan pada hari Sabtu.

Upaya untuk meredam wabah yang sedang berlangsung telah dipersulit oleh pemogokan sekitar 16.000 dokter magang dan dokter residen yang menentang rencana pemerintah untuk mereformasi sektor medis untuk menangani epidemi di masa depan dengan lebih baik.

Badan medis tertinggi negara itu sepakat pada hari Jumat dengan pemerintah untuk mengakhiri pemogokan, namun menghadapi reaksi langsung dari dokter peserta pelatihan yang menolak kesepakatan tersebut dan berjanji untuk melanjutkan pemogokan.

Sumber: Reuters