Argentina kasus COVID-nya lampaui 300.000, dengan 6.000 kematian

id argentina,negara amerika latin,kasus COVID-19,virus corona

Argentina kasus COVID-nya lampaui 300.000, dengan 6.000 kematian

Petugas pembersih menggunakan desinfektan di pintu masuk kereta bawah tanah saat warga mengantre untuk memasuki pusat transfer Constitucion, salah satu yang terpenting di kota, sebagai langkah menanggulangi penyebaran virus COVID-19 di Buenos Aires, Argentina, Kamis (19/3/2020). ANTARA/REUTERS/Matias Baglietto/am.

Buenos Aires (ANTARA) - Argentina mengonfirmasi 6.840 kasus baru virus corona dan 172 kematian baru pada hari Selasa.

Dengan demikian total kasus COVID-19 melampaui 300.000 serta 6.000 kematian di saat negara latin itu memerangi gelombang penularan virus corona dalam beberapa pekan terakhir.

Kementerian kesehatan negara itu melaporkan total 305.966 kasus dan 6.048 kematian.

Dr Luis Camera, anggota kelompok penasihat kesehatan pemerintah Argentina, mengatakan meski penerimaan perawatan intensif dan tingkat hunian tempat tidur rumah sakit tidak meningkat terus, kasus COVID-19 menetap pada level yang tidak berkelanjutan.

Baca juga: Ketua DPR AS menekankan perlunya bantuan COVID-19 'sekarang'

"Titik tertinggi untuk Kota Buenos Aires mungkin terjadi pada hari-hari terakhir di bulan Juli dan hari-hari pertama di bulan Agustus," katanya kepada Reuters TV.
"Sekarang kurva infeksi telah stabil,"

Memuncaknya kasus baru-baru ini membuat pemerintah pekan lalu memperbarui pembatasan untuk Buenos Aires yang telah dilonggarkan di banyak bagian negara.

Pengumuman itu disambut oleh ribuan orang yang melakukan unjuk rasa pada Senin menentang tindakan tersebut, yang telah menyebabkan penderitaan ekonomi lebih lanjut di negara yang sudah berada dalam resesi yang dalam.
"Bagi saya, seperti di negara lain, kita harus dipercaya untuk berperilaku seperti orang dewasa dan secara bertanggung jawab melanjutkan pekerjaan dan memajukan negara," kata Patricia Velvisi, seorang pekerja berusia 52 tahun.

Pada hari Selasa, Direktur Pan American Health Organisation (PAHO) mengatakan pandemi COVID-19 dan pembatasan terkait telah memicu krisis kesehatan mental yang belum pernah terjadi sebelumnya karena stres dan penggunaan narkoba dan alkohol.

Reuters

Baca juga: Kejagung benarkan mendiang Jaksa Robertino Fedrik Adhar Syaripuddin terinfeksi COVID-19
Baca juga: Wakil wali kota Payakumbuh positif COVID-19
Baca juga: Dinkes Lampung catat tidak ada penambahan kasus COVID-19