Prostitusi artis umumnya disebabkan gaya hidup

id Prostitusi artis

Prostitusi artis umumnya disebabkan gaya hidup

Personel kepolisian membawa artis berinisial H (tengah) saat menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut, Medan, Sumatera Utara, Senin (13/7/2020). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana/aww.)

Jakarta (ANTARA) - Gaya hidup glamor atau mewah disebut menjadi salah satu faktor penyebab maraknya prostitusi di kalangan artis, bahkan ada yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama.

Psikolog Intan Erlita, M.Psi mengatakan lingkungan tempat bermain dan bekerja sangat mempengaruhi pola pikir seseorang. Belum lagi jika pergaulannya menuntut untuk memiliki barang-barang mewah.

"Jangan-jangan dia merasa kalau diterima sama lingkungannya kalau dia punya sesuatu, akhirnya kayak gitu. Jadi jika di satu titik dia tidak bisa punya penghasilan untuk mencapai gaya hidup dia, yang dipilih ya shortcut ditambah latar belakang keluarganya yang tidak kuat menanamkan nilai baik dan buruk, benar-salah," ujar Intan kepada ANTARA, Selasa.

Keinginan untuk memiliki sesuatu yang bernilai biasanya, kata Intan, karena ajakan rekan di lokasi syuting, dari yang awalnya hanya mencoba lambat laun menjadi kebutuhan.

Baca juga: Polda Lampung benarkan penangkapan artis VS terkait prostitusi daring

Intan mencontohkan saat ada teman yang memprovokasi untuk memiliki mobil yang bagus, tas mahal atau perawatan tubuh yang mahal agar tetap cantik.

"Itu kayak bola salju lama-lama menggelinding dan menikmati perubahan yang dia miliki. Misalnya juga kayak, 'Gila lu, masa udah main sinetron mobil-nya gitu-gitu aja', kan dari omongan-omongan yang kayak gini akhirnya dia memaksakan dirinya yang levelnya belum seperti itu, padahal kalau mau sabar dia mungkin bisa seperti itu. Nah sayangnya mental-mental shortcut ini ada di anak-anak sekarang," kata Intan.

Intan juga mengatakan kemungkinan besar ada seseorang yang memanfaatkan pekerjaan artis sebagai batu loncatan. Bisa jadi, tujuan awalnya adalah memang berada di wilayah prostitusi dan label artis hanya sebagai media promosi.

"Itu kayak semakin dia tenar semakin dikenal banyak orang, makin banyak yang mau sama dia. Itu kan kayak hukum ekonomi. Bisa jadi keartisan itu cuma batu loncatannya dia aja, media promo aja," kata Intan.

Intan melanjutkan, "Tapi masalahnya kita enggak tahu mana main job dia. Kasihan aja artis yang benar-benar ingin berkarya di dunia itu, disayangkan aja ada oknum-oknum yang menggunakan dunia itu untuk batu loncatan untuk goal lain."

Baca juga: Penyidik Polresta Bandarlampung dalami keterlibatan artis dan dua orang lainnya