Dinkes : Kasus DBD di Lampung terbanyak pada Maret

id COVID-19,DBD

Dinkes : Kasus DBD di Lampung terbanyak pada Maret

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana Kamis (25/6/2020). (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa kasus demam berdarah dengue (DBD) di Lampung terbanyak terjadi pada Maret 2020.

"Pada minggu keenam 2020, jumlah kasus DBD mencapai 454 di seluruh Provinsi Lampung," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, di Bandarlampung, Kamis.

Namun, lanjut dia, pada Minggu ketujuh hingga Juni ini, kasus DBD di provinsi itu terus mengalami penurunan dengan jumlah kasus terakhir berjumlah 67 orang.

"Memang di awal-awal penderita DBD di Lampung cukup tinggi, tapi setelah melakukan berbagai intervensi hingga minggu ke-24 ini, kasusnya cenderung menurun," jelasnya.

Adapun jumlah kasus DBD per pekan yakni minggu pertama 91 kasus, pekan kedua 170 kasus, ketiga 228 kasus, keempat 250 kasus, kelima 379 kasus, keenam 454 kasus, ketujuh 391 kasus, kedelapan 412 kasus, kesembilan 203 kasus, kesepuluh 371 kasus.

Kemudian, pada minggu ke -11 berjumlah 289 kasus, minggu ke -12 221 kasus , ke -13 sebanyak 224 kasus, ke -14 ada 80 kasus, minggu ke -15 ada 104 kasus, ke -16 ada 94 kasus, ke -17 ada 71 kasus.

Minggu ke -18 ada 105 kasus, ke -19 ada 106 kasus, ke -20 sebanyak 104 kasus, ke -21 ada 71 kasus, ke -22 sebanyak 73 kasus, ke -23 ada 87 kasus, dan minggu ke -24 sebanyak 67 kasus.

"Total jumlah kasus hingga minggu ke-24 sebanyak 4.985 kasus dengan jumlah meninggal dunia 22 orang dimana kabupaten Lampung Tengah terbanyak kasus meninggalnya enam orang," jelasnya.

Kadinkes itu menyebutkan bahwa hingga minggu ke-24 tahun 2020 ini ada sejumlah kabupaten/kota yang persebaran kasus DBD cukup tinggi yakni Kabupaten Pringsewu dengan 921 kasus, kemudian Kota Bandarlampung 733 kasus, Lampung Tengah 689 kasus dan Lampung Timur 588 kasus.

Adapun langkah-langkah yang diambil oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk menekan jumlah kasus DBD yakni dengan menyosialisasikan satu rumah satu juru pemantau jentik (Jumantik) dan menguras, menutup dan mengubur (3M), kemudian pembagian serbuk abate ke masyarakat.

"Kalau dilihat secara keseluruhan kasus DBD disini cukup banyak tapi jika dilihat kembali  perbulannya kasusnya mengalami penurunan, inilah yang kami terus berkolaborasi dengan Pemkab/Pemkot guna menekan jumlah penderita DBD," ujarnya lagi.