Isu Laut China Selatan tak jadi prioritas dalam KTT ke-36 ASEAN

id laut china selatan,ktt asean,china

Isu Laut China Selatan tak jadi prioritas dalam KTT ke-36 ASEAN

Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Tavares menyampaikan keterangan pers secara daring dari Jakarta, Rabu (17/6/2020). (ANTARA/Yashinta Difa)

Jakarta (ANTARA) - Sengketa Laut China Selatan tidak akan menjadi prioritas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-36 ASEAN yang akan diselenggarakan secara virtual pada 26 Juni 2020.

Sebelumnya, Vietnam sebagai tuan rumah sempat mengusulkan agar KTT ke-36 ASEAN diselenggarakan secara tatap muka.

“Tidak ada suatu isu khusus yang akan dibahas bersama. Jadi setiap kepala negara bebas mengangkat isu apa saja,” ujar Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Tavares dalam konferensi pers daring dari Jakarta, Rabu.

Isu Laut China Selatan kembali menjadi perhatian seiring memanasnya hubungan China dan beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

Beberapa insiden penerobosan kapal ikan China ke wilayah Malaysia dan Indonesia di dekat Laut China Selatan sempat terjadi pada Januari lalu.



Baru-baru ini, dua kapal China juga menyerang dan menyita hasil tangkapan kapal nelayan Vietnam di Laut China Selatan.

Meskipun aktivitas di perairan yang disengketakan itu semakin meningkat, Jose menegaskan bahwa berbagai insiden tersebut tidak mengganggu upaya ASEAN dan China untuk menyelesaikan kode tata perilaku (code of conduct/CoC) Laut China Selatan yang telah disusun bertahun-tahun.

Menurut Jose, kedua pihak tetap optimistis untuk menyelesaikan CoC yang diharapkan menjadi pedoman tata perilaku guna menghindari konflik terutama antarnegara yang saling bersengketa di perairan tersebut.

“Tetap harus (optimistis). Komitmen dan kemauan politik sudah ada, bahkan PM China Le Keqiang sudah menargetkan tahun depan (CoC) selesai,” tutur Jose.

Sejauh ini, perumusan CoC sudah menyelesaikan tahap pembacaan draf isi atau first reading.

Pada tahun ini, ASEAN dan China menjadwalkan untuk memulai proses pembahasan materi atau second reading ( dengan empat pertemuan yang rencananya akan berlangsung di Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, dan China.

Namun, akibat pandemi COVID-19, tahap second reading harus ditunda.

“Negosiasi CoC tidak bisa dilaksanakan secara virtual. Jadi kita akan tunggu sampai suasananya membaik sehingga kita bisa mulai kembali perundingan CoC,” tutur Jose.