Pelaku wisata Gunung Kidul dilibatkan susun pedoman "new normal"

id pedoman new normal,Pelaku wisata,Dispar Gunung Kidul,Gunung Kidul

Pelaku wisata Gunung Kidul dilibatkan susun pedoman "new normal"

Objek wisata pantai di Gunung Kidul siap sambut wisatawan menghadapi new normal. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Gunung Kidul (ANTARA) -  Dinas Pariwisata  Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diharapkan untuk melibatkan sejumlah pelaku wisata dalam merumuskan pedoman "new normal" di sektor pariwisata.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunung Kidul Sunyoto di Gunung Kidul, Rabu, menyarankan Dinas Pariwisata untuk meminta para pelaku wisata menyiapkan sendiri semua fasilitas standar kesehatan.

Dispar bertanggung jawab melakukan pengecekan dan monitoring langsung ke lokasi wisata untuk memastikan apakah fasilitas standar tersebut sudah siap digunakan.

"Seiring dengan itu, Dispar bisa menyiapkan perangkat atau pedoman yang baku mengenai standar COVID-19 itu," kata Sunyoto.

Ia juga meminta para anggotanya untuk berbenah dan menyiapkan seluruh fasilitas sesuai anjuran dalam menghadapi new normal tersebut.

Pembenahan tersebut sejalan dengan rencana PHRI DIY yang akan membuka kembali aktivitas perhotelan pada Juni mendatang. Meskipun demikian, Dispar DIY belum mengeluarkan pernyataan resmi kapan aktivitas New Normal dimulai.

"Intinya kami harapkan semua anggota PHRI Gunung Kidul sudah siap dan sudah memenuhi standar minimal yang diharuskan," kata Sunyoto.

Ia berharap penerapan new normal ini tak terbentur dengan birokrasi pemerintahan. "Kalau pembukaan wisata menunggu dinas membangun perangkat standar COVID-19, itu bisa memakan waktu yang lama," katanya.

Sementara itu, Koordinator Bidang Pemasaran Pokdarwis Desa Wisata Nglanggeran, Heru Purwanto menyarankan kunjungan wisata tetap dibatasi. Pembatasan diperlukan untuk meminimalisir potensi penyebaran COVID-19.

"Kami sarankan ada pembatasan jam kunjungan. Reservasi perlu diupayakan melalui sistem daring," kata Heru.

Ia juga berharap disediakan petugas medis di tempat wisata atau minimal pelatihan khusus bagi para pelaku wisata terkait protokol kesehatan tersebut.

"Pelatihan khusus ini sangat diperlukan agar pelaku wisata juga bisa melakukan penanganan medis secara cepat bagi pengunjung yang diduga memiliki gejala COVID-19, tanpa harus menunggu kedatangan tenaga medis," katanya.