Penelusuran klaster Gowa di Papua Barat perlu dioptimalkan

id Papua Barat,Covid,wuhan

Penelusuran klaster Gowa di Papua Barat perlu dioptimalkan

Peserta Ijtima Ulama di Gowa saat tiba di Pelabuhan Manokwari pada 26 Maret 2020. Setibanya di Manokwari belasan peserta Ijtima ulama yang pulang ke Manokwari saat itu langsung dikarantina di salah satu masjid di daerah tersebut. (Antara/Toyiban)

Manokwari (ANTARA) - Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Papua Barat menyarankan tracing coronavirus disease (COVID-19) terhadap keluarga dan kerabat pasien dari klaster Gowa di provinsi tersebut dioptimalkan.

Kabinda Papua Barat Hardani pada rapat evaluasi penanganan COVID-19 di Manokwari, Kamis, mengutarakan dari 70 pasien positif COVID-19 di provinsi ini, 41 orang di antaranya berasal dari klaster Gowa. Mereka tersebar di Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Manokwari, Teluk Bintuni, Raja Ampat dan Manokwari Selatan.

"Di Sorong ada tujuh, Manokwari lima, Teluk Bintuni 12, Raja Ampat dan empat, Kota Sorong 12 dan Manokwari Selatan ada satu. Mereka ini semua dari klaster Gowa," ucap Kabinda.

Menurut dia, pemeriksaan cepat atau rapid test hingga pengambilan swab harus segera dilakukan terhadap keluarga dan kerabat yang berpotensi terjadi kontak langsung dengan mereka.

"Mungkin gugus tugas provinsi bisa segera sampaikan kepada gugus tugas kabupaten/kota. Kita harus bergerak cepat untuk memastikan peta persebaranya," sebut Hardani lagi.

"Ingat bahwa dalam penanganan COVID-19 ini kita berpacu dengan waktu. Diharapkan nanti masing-masing divisi bisa menyesuaikan," ujarnya menambahkan.

Selain Gowa, lanjut Kabinda, pasien COVID-19 di Papua Barat juga berasal dari klaster Sukabumi sebanyak satu kasus, transmisi lokal 17 kasus dan klaster perjalanan luar daerah lima kasus. Tracing di klaster ini pun tidak boleh diabaikan.

Pada kesempatan itu, Hardani juga menyarankan agar sosialisasi dan edukasi COVID-19 di setiap daerah ditingkatkan. Pengetahuan dan kesadaran akan pandemi ini penting untuk mencengah resistensi masyarakat dalam penanganan.

"Seperti kita tahu kejadian beberapa waktu lalu di Warmare, Manokwari, juga di Raja Ampat yang ada PDP menolak di karantina, termasuk di Bintuni. Ini bisa dicegah dengan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pandemi COVID-19," sebut Kabinda lagi.

Menurutnya, lembaga pendidikan baik kampus maupun sekolah bisa dilibatkan dalam program edukasi dan sosialisasi COVID-19. Inovasi dan kreativitas dalam sosialisasi sangat dibutuhkan agar masyarakat benar-benar faham.