PBSI atur strategi menghadapi kemungkinan jadwal padat akhir tahun

id PBSI,bulu tangkis,Olimpiade,susi susanti

PBSI atur strategi menghadapi kemungkinan jadwal padat akhir tahun

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia, Susi Susanti. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj

Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PB PBSI) perlu memutar otak mengatur strategi mempersiapkan para atlet dalam menghadapi kemungkinan padatnya jadwal turnamen pada akhir tahun, menyusul banyaknya kompetisi yang tertangguhkan karena pandemi COVID-19.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI Susi Susanti mengatakan pihaknya akan mempersiapkan para atlet dengan matang, terutama dalam menghadapi Thomas & Uber Cup yang jadwalnya sudah pasti digelar Oktober nanti.



"Sampai sekarang masih belum ada kepastian dari BWF, kecuali untuk jadwal Thomas & Uber. Tapi kami siap-siap saja," kata Susi saat dihubungi Sabtu.

"Karena gambaran dari jadwal Piala Thomas & Uber, mungkin start-nya dari Oktober nanti. Minimal persiapan kita sekarang menuju ke Oktober ini," ujarnya menambahkan.

Susi merinci setidaknya ada tujuh turnamen utama yang menunggu di akhir tahun ini, antara lain Thomas & Uber Cup, World Junior Championship (WJC), Indonesia Open, Japan Open, China Open, Denmark Open, French Open, dan BWF World Tour Finals.

Dengan adanya pandemi virus corona membuat program latihan serta jadwal pertandingan berubah total. Para atlet saat ini hanya dibekali program latihan untuk menjaga kebugaran saja.



Meski begitu, penundaan pertandingan itu, menurut Susi ada plus-minusnya. Para atlet memang bisa lebih rileks tanpa merasa dikejar target, tapi di sisi lain juga membuat mereka stres dan secara mental menurun.

"Plusnya atlet jadi tidak merasa dikejar target. Saat ini mereka lebih rileks. Belajar introspeksi istilahnya, mempelajari lawan," katanya.

Oleh karena itu, PBSI, lanjut Susi, harus mempersiapkan program tambahan guna meningkatkan mental mereka yang menurun maupun mengalami kejenuhan seiring dengan vakumnya kompetisi.

"Namun minusnya jadi pembelajaran buat mereka kalau tidak ada pertandingan ya enggak enak juga, bosen juga. Harus menyemangati lagi, mempersiapkan diri lagi,"

"Bila sebelumnya target tahun ini itu Olimpiade, maka mereka harus menunggu lagi satu tahun. Bagaimana kita belajar untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. membuat strategi dan program dari awal lagi untuk tahun depan," ujarnya menambahkan.