Perajin di Pulau Pasaran masih produksi teri asin

id COVID-19,Wuhan,teri pulau pasaran

Perajin di Pulau Pasaran masih produksi teri asin

Para buruh teri asin sedang menyortir barang menggunakan masker untuk mencegah penularan COVID-19, Senin (26/4/2020). (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Setiap orang yang ingin masuk pulau, harus melewati bilik itu untuk disemprot atau disterilkan terlebih dahulu.

Bandarlampung (ANTARA) - Puluhan bahkan seratusan pekerja sedang melakukan penjemuran maupun penyortiran teri asin, aktivitas keseharian para perajin dan buruh harian dari seberang Pulau Pasaran yang mencari rezeki di sentra pembuatan teri asin di Lampung meskipun di tengah pandemi COVID-19.

Toto Hariyanto, salah satu perajin teri asin mengatakan bahwa rata-rata para pemilik usaha teri asin di Pulau Pasaran, Kota Bandarlampung tetap melakukan aktivitas seperti biasa, meskipun sekarang sedang mewabah COVID-19

Mulai dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB, para pekerja baik laki-laki maupun perempuan dengan giat dan ulet melakukan pekerjaannya.
Baca juga: Cuaca buruk perajin teri asin berhenti produksi


Namun, kali ini ada yang sedikit berbeda, sebagian dari mereka ada yang menggunakan masker saat bekerja walaupun ada juga pekerja yang masih terlihat tidak menggunakannya.

Kenapa pakai masker ibu? "Ada Corona, nanti tertular," ujar salah satu buruh harian di sana.

Toto yang juga Ketua Kelompok Bahari di sana mengatakan bahwa upaya perajin teri asin dalam mencegah COVID-19 tidak ada yang khusus. Sama seperti apa yang dianjurkan pemerintah, dengan meminta pekerja harian menyortir ikan mengenakan masker dan menjaga jarak serta menyiapkan tempat cuci tangan.

Namun, semenjak ada imbauan maupun berita-berita di media massa maupun media sosial, warga Pulau Pasaran saat ini lebih waspada terhadap penyebaran virus ini masuk ke daerahnya.

Sekarang apabila seseorang mau masuk Pulau Pasaran, di pintu masuk sudah tersedia bilik disinfektan. Setiap orang yang ingin masuk pulau, harus melewati bilik itu untuk disemprot atau disterilkan terlebih dahulu.

Dia mengatakan bahwa para perajin hingga saat ini belum menghentikan atau mengurangi para pekerja hariannya, sebab mereka juga butuh mencari nafkah untuk kehidupan sehari-hari.

Bila ke depan situasi dan kondisinya semakin mengkhawatirkan, mungkin akan dicari solusi atau formula lain agar pekerja harian tetap bisa bekerja tanpa harus merumahkan mereka.

Baca juga: Produksi ikan teri asin meningkat


Dampak Corona


Para perajin di sentra pembuatan teri asin Pulau Pasaran mengungkapkan bahwa akibat dari mewabahnya COVID-19 di Indonesia, mempengaruhi produksi dan harga barang tersebut.

Rion Aprilando, salah satu perajin di sana mengatakan bahwa bila berbicara dampak dari COVID-19, pasti semua usaha kecil menengah (UKM) terkena imbasnya, namun yang paling terasa yakni di bagian produksi dan harga jual barangnya.

Ia mengatakan bahwa sebelum ada wabah COVID-19, para perajin bisa menghasilkan tiga hingga lima ton teri asin dengan segala jenis jika barangnya banyak, namun sejak satu bulan belakangan saat pandemi ini muncul, produksinya sedikit menurun dua hingga tiga ton.

Seperti harga jual teri asin jenis tertentu yang ikut terpengaruh dengan kondisi pandemi ini, yaitu teri asin jengki yang turun hingga Rp10.000 per kilogramnya.

Dia menjelaskan bahwa biasanya harga teri asin jengki itu di kisaran Rp45.000 per kg, dan jika barangnya banyak harga itu akan bertahan sedikit lama, tapi semakin ke sini karena pembelinya berkurang menjadikan harga teri jenis itu mengalami penurunan yang lumayan besar.

Sedangkan, untuk teri asin nasi harga masih di kisaran Rp90.000 per kilogram, dan buntiao juga masih di kisaran Rp70.000 per kilogramnya. Kedua jenis teri ini harganya bertahan sebab barangnya juga memang tidak banyak dari para nelayan.
Baca juga: Warga Pulau Pasaran minta jembatan penghubung segera diperbaiki

Rata-rata barang dari sini dibawa atau dijual ke bos-bos di Jakarta, tapi ada juga yang melebarkan sayapnya ke Bandung dan provinsi lain di Pulau Sumatera lainnya serta di sejumlah pasar tradisional di Bandarlampung.

Toto melanjutkan bahwa pengiriman ke Jakarta sebelum diterapkannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masih bisa lewat dan mengirim barang, namun untuk ke Bandung kiriman barang sempat berhenti.

Ia pun berharap barang para perajin di Pulau Pasaran masih bisa terkirim ke Jakarta dan Bandung, meskipun kedua daerah tersebut berzona merah.


 

Para buruh teri asin sedang menyortir barang menggunakan masker untuk mencegah penularan COVID-19, Senin. (26/4/2020). (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Hal serupa dikatakan oleh perajin Pulau Pasaran lainnya, Sarnoto.

Ia menuturkan bahwa pada kondisi seperti ini, sebenarnya yang paling terdampak adalah nelayan, sebab ikan dari mereka sudah pasti juga akan dijual murah ke perajin.

Perajin mau saja membeli ikan segar dari para nelayan dengan harga standar mereka, tapi dalam situasi seperti ini dimana harga jual teri asin sedang rendah, tidak memungkinkan untuk mengambil barang dengan harga normal.

Para perajin juga harus membayar upah buruh harian yang mencapai 30-50 orang dan setiap orangnya mendapatkan uang Rp40 ribu-Rp50 ribu per harinya.

Dia mengatakan bahwa selagi para perajin di sini masih mampu mengusahakan membayar mereka, insya Allah tidak akan ada yang diliburkan karena baik pemilik usaha atau buruhnya sama-sama harus tetap mencari uang untuk makan.