Wali kota Jepang dikecam atas pernyataannya terkait perempuan

id Osaka,Jepang,Corona,COVID-19,Social Distancing

Wali kota Jepang dikecam atas pernyataannya terkait perempuan

Sejumlah orang berada di distrik perbelanjaan dan hiburan Dotonbori di Osaka, Jepang, Rabu (8/4/2020), sehari setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat selama sebulan untuk Tokyo, Osaka dan lima perfektur lainnya untuk menekan angka penyebaran virus corona (COVID-19). (Photo by AFLO)/nz/djo (AFLO/AFLO)

Tokyo (ANTARA) - Wali kota Osaka, Jepang, mendapat kecaman di media sosial pada Jumat setelah mengatakan bahwa perempuan membutuhkan waktu lebih lama daripada pria untuk berbelanja bahan makanan saat ia mencoba mempromosikan aturan jarak sosial untuk mengendalikan penyebaran virus corona di kota itu.

Pada Jumat pagi ada hampir 1.500 kasus virus corona di Osaka dan prefektur yang mengelilinginya, yang menjadikannya wilayah terparah kedua setelah Tokyo, kata media nasional NHK.

Wali kota Ichiro Matsui telah meminta warga untuk menerapkan jarak sosial untuk mengurangi risiko infeksi virus, tetapi pernyataannya tentang perilaku belanja berbasis gender memicu kontroversi.

"Ketika seorang perempuan pergi ... itu akan memakan waktu," kata Matsui ketika ditanya oleh seorang reporter pria tentang kemungkinan mengurangi jumlah pembeli ke supermarket untuk menurunkan risiko infeksi corona.

"Jika itu kamu, jika kamu diberitahu untuk membeli ini atau itu, maka kamu akan langsung membeli... dan pulang," katanya. "Tidak apa-apa bagi pria untuk berbelanja sambil menghindari kontak."

Matsui, yang juga mengatakan pasangan yang sudah menikah harus menghindari berbelanja bersama, menuai kritik di Twitter Jepang atas komentarnya, dengan para pengguna menilai pernyataan itu seksis.

"Jepang adalah negara tempat kata-kata ini keluar dengan mudah dari mulut wali kota. Menyedihkan," kata seorang pengguna pada Jumat.

Pengguna lain mengatakan pernyataan itu menunjukkan politisi tidak cukup berpikir tentang makna dari pengasuhan, pekerjaan rumah tangga, dan perawatan.

"Ketika saya mendengar komentar seperti ini ... Saya merasa ada keperluan bagi orang-orang dengan beragam latar belakang untuk berpartisipasi dalam politik," kata pengguna itu.

Matsui benar-benar menilai sesuatu dengan salah, kata pengguna lain, yang mengatakan perempuan membutuhkan waktu lebih sedikit daripada pria ketika pergi berbelanja.

"Perempuan memutuskan lebih cepat saat berbelanja," kata pengguna, seraya menambahkan dia butuh waktu lebih lama untuk menemukan lorong yang tepat untuk barang yang dia butuhkan.

Matsui pada Kamis juga mengatakan orang-orang harus membatasi seberapa sering pergi ke supermarket untuk berbelanja, menyarankan agar orang-orang yang lahir dalam bulan dengan angka genap seharusnya hanya pergi pada tanggal genap, dan mereka yang memiliki bulan ganjil harus pergi pada tanggal ganjil.

Sumber: Reuters