Gejolak pasar keuangan, Presiden Jokowi minta BI fokus jaga stabilitas rupiah

id rupiah,presiden jokowi,bank indonesia,stabilitas rupiah

Gejolak pasar keuangan, Presiden Jokowi minta BI fokus jaga stabilitas rupiah

Presiden Joko Widodo

Saya minta BI fokus terus jaga stabilitas nilai tukar rupiah, jaga inflasi, dan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah di dalam negeri

Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Bank Indonesia terus berupaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah gejolak pasar keuangan yang ditimbulkan pandemi global Virus Corona baru atau COVID-19.

Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas mengenai kebijakan fiskal dan moneter melalui telekonferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jumat, meminta Bank Indonesia menjaga nilai tukar mata uang rupiah, sembari tetap menjangkar laju inflasi agar terkendali dan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah di dalam negeri.

"Saya minta sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dalam hal ini, Kementerian Keuangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan terus diperkuat. Saya minta BI fokus terus jaga stabilitas nilai tukar rupiah, jaga inflasi, dan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening rupiah di dalam negeri," ujar Presiden Jokowi.

Pada Jumat ini, Nilai tukar (kurs) rupiah di pasar spot terus melemah ke level Rp16.000 per dolar AS. Pada pukul 09.55 WIB, rupiah bergerak melemah 50 poin atau 0,31 persen menjadi Rp15.963 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.913 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp16.273 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp15.712 per dolar AS.

Kepala Negara juga meminta ketersediaan likuiditas yang cukup di dalam negeri. Selain itu, Presiden Jokowi meminta para otoritas di sektor keuangan menyiapkan mitigasi risiko terhadap gejolak yang ditimbulkan pandemi COVID-19.
Baca juga: Pengamat: Stabilitas ekonomi jangka pendek wajib dijaga karena titik krusial

Presiden Jokowi mengingatkan pandemi global COVID-19 sangat berdampak pada laju perekonomian dunia. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 akan turun menjadi 1,5 persen dari tiga persen. Selain itu, dia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan di rentang 5,0-5,4 persen akan mengalami penurunan.

“Tantangan ini harus kita hadapi dan kita jawab, terutama di fiskal. Kemarin di dalam rapat, saya minta refocusing, realokasi d APBN, dan di APBD daerah-daerah. Saya meminta untuk fokus di 3 hal saja yakni pertama kesehatan utamanya pengendalian COVID 19, kedua social safety net (jaring pengaman sosial), seperti bantuan sosial, dan ketiga insentif ekonomi bagi pelaku usaha dan UMKM sehingga mereka bisa tetap berproduksi dan menghindari PHK,” jelas Jokowi.