BKSDA Agam pantau telur buaya muara di Ujuang Labuah Timur

id buaya muara,telur buaya

BKSDA Agam pantau telur buaya muara di Ujuang Labuah Timur

Petugas BKSDA Resor Agam sedang memantau telur buaya di Ujuang Labuah Timur, Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara. (Antara/Yusrizal)

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, Sumatera Barat (Sumbar) bakal memantau telur buaya muara (Crocodylus porosus) di Ujuang Labuah Timur, Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara, setiap hari sampai menetas dan anak reptil
Lubukbasung, Sumbar (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, Sumatera Barat (Sumbar) bakal memantau telur buaya muara (Crocodylus porosus) di Ujuang Labuah Timur, Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara, setiap hari sampai menetas dan anak reptil itu kembali ke habitatnya.

"Kita setiap hari memantau perkembangan telur buaya itu," kata Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam Ade Putra di Lubukbasung, Sabtu.

Ia mengatakan telur buaya yang ditutup rumput tersebut akan menetas 90-110 hari ke depan.

Setelah menetas, tambahnya, anak buaya akan kembali ke habitatnya dengan jarak sekitar 50 meter dari lokasi.

"Induk buaya akan membuatkan jalan untuk anaknya yang baru menetas ke sungai yang ada di daerah itu," katanya.
Baca juga: Buaya muncul, warga Desa Ujan Mas diimbau jauhi sungai

Ia menambahkan induk buaya itu akan menjaga telur sampai menetas dan apabila ditinggal maka telur akan dimakan oleh biawak.

Untuk itu, Ade mengimbau warga agar tidak melakukan aktivitas atau menggembalakan ternak di lokasi itu, karena induk buaya tersebut akan menyerang.

Ia mengakui selama masa reproduksi atau musim kawin, buaya memiliki perilaku yang agresif sehingga apabila ada gangguan maka buaya itu akan menyerang balik.


"Buaya ini melindungi lokasi tempat pengeraman dengan radius lima meter dan kita telah memasang pagar menggunakan kayu di lokasi," katanya.

Ia menambahkan di Ujuang Labuang sudah tiga kali buaya muara tersebut bertelur semenjak 2018, 2019 dan 2020.

Pada 2018, tambahnya, lokasi bertelur buaya itu sempat kering dan pihaknya mencoba memindahkan ke lokasi yang memiliki air.

Tokoh masyarakat Tanjungmutiara, Ridwan menambahkan lokasi bertelur buaya merupakan perkebunan kelapa sawit milik mereka dengan jarak ke permukiman hanya 500 meter.

"Jarak lokasi dengan pemukiman warga cukup dekat," katanya.
Baca juga: BBKSDA Riau mengevakuasi buaya muara dari kolam warga

Buaya di Ujung Labuang tidak pernah menyerang warga dan ternak, namun buaya di Muaro Putih, Nagari Tiku Lima Jorong pernah menyerang warga dan ternak.

"Ternak saya pernah dimakan buaya dengan panjang tujuh meter pada 2015," katanya.