Petani Boyolali gunakan burung hantu kendalikan tikus

id Petani Boyolali,kembangan burung hantu kendalikan hama tikus

Petani Boyolali gunakan burung hantu kendalikan tikus

Tim Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali saat mengecek salah satu rumah burung hantu (Rubuha) program para petani dalam kendalikan hama tikus di Desa Jeron Kecamatan Nogosari Boyolali, Rabu. (ANTARA/Bambang Dwi Marwoto)

Boyolali (ANTARA) - Petani di Desa Jeron Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sedang mengembangkan burung hantu dengan membuat rumahnya di lahan tanaman padi di desa setempat, guna mengendalikan hama timus.

Menurut Kepala Desa Jeron, Joko Supono,  tikus merupakan hama yang mengganggu tanaman padi para petani, bahkan menghilangkan banyak hasil panennya.

Terkait itu, para petani berusaha untuk mengendalikan perkembangan hama tikus yang ada di lahan pertaniannya, salah satunya membuat rumah untuk spesies burung hantu.
 
Burung hantu secara alami merupakan pemangsa tikus. Kini sudah ada 60 rumah burung hantu (rubuha) di desanya.
 
Program pengembangan burung hantu dan rubuha, kata dia, sudah berjalan selama empat bulan ini, dan kini dapat dirasakan manfaatnya oleh para petani.

Banyaknya rubuha yang dibuat akan makin banyak burung hantu yang tinggal, sehingga mampu mengendalikan populasi hama tikus yang mengancam tanaman padi petani.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto mengapresiasi ide para petani di Desa Jeron tersebut, sehingga pihaknya berupaya untuk membantu pembuatan rubuha lebih banyak lagi di lahan pertanian lainnya di Boyolali.

"Petani Desa Jeron inovatif, karena banyak berdiri rubuha, maka burung hantu dapat berkembang dengan baik. Hal ini, mampu mengendalikan populasi hama tikus," kata Bambang.

Dia mengatakan Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah lumbung padi dan lumbung pangan nasional di Jateng, termasuk lahan tanaman padi di wilayah Nogosari seluas lebih dari 2.700 hektare. Sehingga, predikat Boyolali sebagai lumbung padi dan pangan nasional tetap terjaga.

"Saya yakin petani di Boyolali mampu menyediakan pangan bagi Boyolali dan nasional. Boyolali untuk tiga bulan terakhir ini mampu menanam tanaman padi seluas 14.567 hektare, disamping standing crop 15 ribu hektare. Khusus Nogosari ada sekitar 2.700 hektare untuk musim tanam I, bisa panen sekitar 16.500 ton padi," katanya.
 

Predator penjaga tanaman sawit

  

Predator penjaga tanaman sawit

Burung hantu jenis Tyto Alba sebagai predator alami pemakan hama tikus pada perkebunan kelapa sawit PT Unggul Widya Teknologi Lestari di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat. (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)

Jakarta (ANTARA) - Tidak semua negara dianugerahi alam yang sempurna seperti Indonesia, dengan letak geografis yang dilintasi garis khatulistiwa, Tuhan menghadiahi Indonesia dengan berjuta variasi tanaman tropis yang hanya bisa tumbuh di negeri ini.

Salah satu dari tanaman tersebut adalah kelapa sawit. Indonesia, Malaysia, sebagian kecil kawasan Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Latin memiliki syarat iklim dan curah hujan yang tepat bagi tanaman penghasil minyak nabati ini untuk bisa tumbuh subur.

"Setidaknya pulau-pulau yang berada di sekitar 2 derajat dari garis khatulistiwa, pasti kelapa sawitnya bisa subur. Kalau di Indonesia, daerah utara Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Kalau di Jawa ya sudah tidak bagus lagi, karena tanahnya pun kurang sesuai," kata Kuasa Direksi PT Unggul Widya Teknologi Lestari Mochtar Tanong di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Rabu (1/5).

Bicara tentang produksinya, Indonesia menjadi penghasil terbesar minyak kelapa sawit di dunia dengan volume sebesar 46 juta ton per tahun. Meski saat ini harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sedang tertekan, nyatanya komoditas ini telah memberikan devisa sebesar 20,54 miliar dolar AS pada 2018 (data GAPKI Tahun 2019)

Besarnya kontribusi ini tidak luput dari penanaman dan perawatan perkebunan kelapa sawit. Selain menggunakan bibit unggul, pemupukan yang teratur, pencegahan hama dan penyakit tanaman juga harus dilakukan agar tidak mengurangi produksi dan kualitas tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan.

Pada tanaman kelapa sawit, hama tikus menjadi ancaman serius karena hewan pengerat itu dapat menurunkan produksi, bahkan menimbulkan matinya tanaman sawit yang masih muda hingga 30 persen.

PT Unggul Widya Teknologi Lestari (UWTL), perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Baras, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, ini menggunakan burung hantu, hewan yang melakukan aktivitas pada  malam hari, sebagai predator pengendali hama tikus.

Burung hantu makan tiga sampai empat ekor

Mandor Hama Penyakit Tanaman PT UWTL , Suwardi mengatakan bahwa burung hantu "Tyto Alba" ini merupakan jenis yang paling agresif karena bisa memakan tiga sampai empat ekor tikus dalam semalam.

"Untuk pembasmi hama, secara biologis, Tyto Alba ini sangat penting sekali bagi tanaman sawit. Dia bisa makan tiga sampai empat ekor tikus. Dia bisa memburu banyak tikus, tetapi hanya dibiarkan untuk dimakan esok harinya lagi," kata Suwardi.

Kemampuan berburu yang dimiliki Tyto Alba menjadi aset berharga bagi perkebunan kelapa sawit. Sebagai hewan yang aktif pada malam hari (nocturnal), tentu saja Tyto Alba memiliki indera penglihatan yang baik, namun tidak mengalahkan fungsi utama indera pendengarannya.

Dengan menajamkan pendengarannya, hewan ini dapat langsung mengetahui posisi tikus sebagai mangsa buruannya. Setelah yakin, ia menyergap mangsa dengan cakarnya untuk kemudian menelan utuh atau mencabik-cabik tubuh mangsa tersebut.

PT UWTL mulai menggunakan Tyto Alba pada 2012 dengan jumlah awal dua pasang burung hantu. Untuk mengembangbiakkan, perusahaan membuat penangkaran burung hantu sejak 2014. Di sini, burung hantu dengan usia di bawah 90 hari dipelihara sebelum akhirnya ditempatkan dalam guyon (gupon yang terbuat dari besi).

Saat ini sudah ada ribuan burung hantu yang terbang bebas di areal perkebunan, namun hanya 59 yang dimonitor dan ditempatkan dalam guyon. Dalam satu guyon, terdapat sepasang burung hantu yang dapat menjangkau mangsa cukup jauh hingga 20 hektare.

Lebih efektif dariparada racun

Penggunaan predator burung hantu ini sangat efektif daripada menggunakan racun tikus atau rodentisida.

Racun tikus banyak memiliki kelemahan, antara lain dapat menimbulkan pencemaran bahan kimia terhadap lingkungan, serta menimbulkan bau bangkai di sekitar kebun.

 

Populasi burung hantu ditingkatkan

  

 Bandarlampung (ANTARA) - Seekor burung hantu bisa makan hingga dua tikus per hari sementara seekor ular hanya bisa memakan untuk satu minggu. Selain itu, penggunaan kucing tak dianjurkan karena mereka adalah hewan peliharaan dan tidak
dapat beradaptasi dengan lingkungan perkebunan kelapa sawit.

"Monyet telah ditemukan dan dilaporkan menyebabkan kerusakan pada perbungaan kelapa sawit muda, daun tombak dan juga penyerbukan (digunakan dalam produksi benih)," kata Direktur Jenderal MPOB Malaysia Ahmad Parveez.
 
Dia juga mengatakan, "Metode meningkatkan populasi  burung hantu dapat dilakukan dengan menyiapkan kotak sarang di perkebunan kelapa sawit".

"Kotak sarang ini akan ditempati oleh burung hantu jeis serak jawa dan digunakan untuk megembangbiakan dan meningkatkan populasi."

United Plantations mengatakan diperkirakan sepasang serak jawa  bersama dengan anak-anaknya dapat mengonsumsi sekitar 800 hingga 1.000 tikus per tahun.

Malaysia andalkan burung hantu basmi hama tikus

  

Malaysia andalkan burung hantu basmi hama tikus

Petani memasukkan burung hantu jenis Serak Jawa ke dalam kotak sarang guna mengendalikan populasi hama tikus. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/pd.

Kuala Lumpur (ANTARA) - Perusahaan minyak kelapa sawit Malaysia berusaha meningkatkan jumlah burung hantu di perkebunan mereka untuk mengatasi masalah tikus daripada menggunakan ular atau kera, demikian dinyatakan Dewan Minyak Kelapa Malaysia, Rabu.

Tikus tumbuh subur di perkebunan kelapa sawit dan dapat mengurangi hasil minyak sebesar 5% hingga 10% dengan memakan buah sawit, menurut perkiraan industri, membuat sakit kepala Malaysia, produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.

Produsen minyak sawit Malaysia, United Plantations, telah menggunakan serak jawa, spesies  burung hantu, sebagai garis pertahanan pertama melawan  tikus dan ini telah membantu mengurangi penggunaan racun kimia .

Perusahaan juga telah menggunakan kucing macan tutul untuk menangkap tikus. Penelitian yang diterbitkan tahun lalu mengatakan bahwa kera pemakan tikus juga dapat membantu perusahaan minyak sawit.

Tetapi Dewan Minyak Sawit Malaysia mengatakan penelitiannya menunjukkan bahwa burung hantu memberikan kontrol biologis terbaik terhadap hama dan bahwa penggunaan kera adalah "sama sekali tidak tepat dan tidak praktis" karena mereka dapat mengganggu kegiatan lain di perkebunan.