Pewarta foto Antara sempat terseret lumpur di Lebak

id banjir lebak

Pewarta foto Antara sempat terseret lumpur di Lebak

Jurnalis foto LKBN Antara Biro Banten, Muhammad Bagus Khairunnas, sempat terseret lumpur di Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak saat mengabadikan kondisi masyarakat yang terisolir akibat diterjang banjir bandang dan tanah longsor. ANTARA/HO-Aspri

Lebak (ANTARA) - Jurnalis foto LKBN Antara Biro Banten terseret air berlumpur di Desa Ciladaeun, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak saat mengabadikan kondisi masyarakat yang terisolir akibat diterjang banjir bandang dan tanah longsor di daerah itu.

"Beruntung, kami selamat setelah ditolong warga," kata Muhammad Bagus Khairunnas jurnalis foto LKBN Antara di Lebak, Minggu.

Saat Bagus mengabadikan kondisi masyarakat dengan mendekati tepi air Sungai Ciberang yang terdapat air dan lumpur, tiba-tiba jatuh dan terseret lumpur hingga warga setempat memberikan pertolongan cepat.

"Alhamdulillah, selamat namun handphone dan kamera rusak dan tidak bisa dioperasikan karena terkena air dan lumpur," katanya menjelaskan.



Bagus bergerak ke lokasi itu karena menerima informasi bahwa warga Kampung Muara Desa Ciladaeun Kecamatan Lebak Gedong di hari ketiga bencana alam Jumat (3/1) masih terisolir akibat jembatan putus juga banyak lumpur.

Masyarakat di daerah itu berada di kaki gunung Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan banyak warga perkampungan di sana menjadi korban banjir. 

Untuk menembus perkampungan di Desa Ciladaeun Kecamatan Lebak Gedong harus menempuh sekitar 80 kilometer melalui Kecamatan Muncang dan Sobang.

Ia menyusuri ruas jalan Muncang dan Sobang melintasi hutan TNGHS hingga sampai di Kampung Muara Desa Ciladaeun disambut masyarakat setempat, bahkan masyarakat membantu menunjukkan ke lokasi terparah akibat banjir itu yang kondisi jalannya masih berlumpur.



Sementara itu, Nana Jumhana, seorang wartawan senior dari Kabupaten Lebak mengatakan bahwa wartawan yang meliput bencana alam agar mengutamakan keselamatan dan tidak sembrono memasuki kawasan yang belum dinyatakan aman.

Biasanya, kata dia, jurnalis foto itu lebih senang untuk mengabadikan gambar yang memiliki nilai tinggi hingga lupa bahaya yang mengancam.

"Kami minta semua jurnalis tetap bersemangat untuk menginformasikan bencana alam ini, tetapi perhatikan kesehatan dan keselamatan," kata wartawan harian lokal di Provinsi Banten itu.