Palembang (ANTARA) - Lokasi tewasnya petani kopi bernama Mustadi (52) akibat serangan harimau di Desa Rekimai, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) ternyata mengarah dan berada sangat dekat dengan 'hutan larangan' yang termasuk kantong harimau.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Martialis Puspito di Palembang, Jumat, mengatakan korban merupakan warga pendatang dari Desa Pajar Bulan, Kabupaten Muara Enim yang membuka lahan kopi di dalam hutan lindung.
"Dari pemeriksaan tim kami, warga menyebut lokasi tewasnya korban mengarah ke hutan larangan yang warga setempat saja tidak berani masuk karena hutannya masih primer, sedangkan secara lanskap lokasinya memang termasuk wilayah hutan lindung," jelas Martialis.
Sebelumnya diberitakan Mustadi (52) tewas pada Kamis malam (12/12) usai diterkam harimau di kebun kopinya, ia tewas dengan luka leher dan dada serta disaksikan langsung istrinya yang berhasil selamat karena berlindung di pondok.
Harimau yang menerkamnya dimungkinkan berasal dari kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektar yang terbentang dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, hingga Kabupaten Muara Enim.
Tim BKSDA sendiri memilih tidak memasuki lokasi kejadian tewasnya Mustadi, sebab jaraknya diperkirakan 8 kilometer dari pemukiman dengan topografi yang cukup menyulitkan karena lokasi sangat masuk ke dalam hutan lindung.
"Kebanyakan kalau pendatang mereka akan menginap di kebun, saat ini jika yang masih ada di dalam kebun tidak dievakuasi maka ada resiko terjadi lagi serangan serupa, kami mengimbau agar semuanya keluar dulu dari hutan," terangnya.
Sementara kebun kopi yang dikelola Mustadi juga dimungkinkam ilegal yang dampaknya mengganggu habitat satwa di dalam hutan sehingga menimbulkan konflik dengan harimau.
"Sebetulnya jika dipetakan dengan serangan pertama (17/11) dan kedua (5/12), koridor jelajah harimau sudah cenderung masuk ke jantung habitatnya, tetapi ternyata di jantung habitatnya pun harimau masih ketemu dengan manusia lagi, ya kami tidak bisa apa-apa," tambah Martialis.
Meski sebagian masyarakat ramai mendesak BKSDA menangkap harimau tersebut, pihaknya dengan tegas tidak akan melakukannya karena serangan terjadi di habitatnya.
"Kami lebih mendorong agar ada tindakan tegas terhadap masyarakat yang sudah merusak habitat satwa liar entah itu harimau atau yang lain, bagaimanapun satwa liar itu anugerah yang tidak akan mengganggu kalau tidak diganggu," demikian Martialis.
Berita Terkait
Korban serangan harimau terima santunan dari Pemkab Lampung Barat
Sabtu, 23 Maret 2024 14:49 Wib
Ketua DPRD respons terkait adanya serangan harimau di Lampung Barat
Sabtu, 23 Maret 2024 10:18 Wib
Polda Lampung tetapkan lima tersangka perusak kantor PPA TNBBS di Suoh
Jumat, 22 Maret 2024 13:39 Wib
BB KSDA Riau: Pekerja jangan tidur di barak usai serangan harimau
Senin, 18 Maret 2024 23:58 Wib
Dishut Lampung sebut pencarian harimau sumatera masih terus berlangsung
Senin, 18 Maret 2024 17:29 Wib
Dishut Lampung: Kesadaran jaga wilayah konservasi mengatasi konflik satwa
Senin, 18 Maret 2024 15:57 Wib
Pemprov Lampung beri bantuan ke Satgas Penanggulangan Konflik Satwa
Jumat, 15 Maret 2024 12:48 Wib
Dinsos Lampung ajukan beri santunan bagi korban terkaman harimau
Jumat, 15 Maret 2024 11:09 Wib