Lebak (ANTARA) - Produksi ubi kayu atau singkong di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, selama Januari-Oktober 2019 menembus 45.230 ton dari luas tanam 2.539 hektare.
"Kami mendorong petani terus meningkatkan produksi karena menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Jumat.
Produksi ubi kayu tahun 2019 menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 65.240 ton. Menurunya produksi singkong itu akibat kemarau panjang hingga menyebabkan terjadi kekeringan.
Selama ini, petani Kabupaten Lebak mengembangkan budi daya tanaman ubi kayu masih dijadikan usaha sampingan. Mereka mengembangkan pertanian singkong hanya dijadikan untuk diproduksi makanan camilan dan makanan olahan, seperti getuk lindri, bolu singkong, keripik, opak dan tapai.
Pemerintah daerah mendorong petani agar terus memperluas pertanian singkong karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Bahkan, pasar Tangerang dan DKI Jakarta siap menampung ribuan ton singkong per bulan.
Saat ini, harga ubi kayu berkisar antara Rp3000 sampai Rp4000/kilogram.
"Kami optimistis produksi ubi kayu dapat mendongkrak ekonomi petani," kata Dede.
Potensi pengembangan tanaman singkong di Kabupaten Lebak, tambahnya, cukup luas dan banyak lahan Perum Perhutani juga Perusahaan Besar Swasta (PBS) dapat ditanami sistem tumpangsari dengan tanaman lain.
Baca juga: Menjadikan ubi sebagai makanan kekinian
Potensi pengembangan singkong tersebut dipastikan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani hingga rata-rata Rp20 juta per bulan.
Produksi ubi kayu bisa dipanen selama delapan sampai 10 bulan dengan jenis singkong mentega, perelek dan roti, lanjutnya, sebab, jenis singkong itu banyak permintaan masyarakat karena bisa diolah menjadi makanan alternatif dan camilan.
"Kita berharap ke depan Lebak sebagai penghasil produksi singkong terbesar di Banten,karena didukung lahan darat cukup luas itu," katanya.
Sementara itu, seorang pedagang ubi kayu di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Suhari (55) mengatakan, pihaknya memasarkan ubi kayu itu berjualan keliling di Rangkasbitung dengan harga Rp5.000 per ikat.
Permintaan ubi kayu cukup tinggi,terlebih musim kemarau untuk dijadikan makanan olahan oleh pelaku usaha kerajinan aneka makanan.
"Kami menjual singkong itu karena banyak langganan dan bisa menghabiskan sekitar 300 kilogram/hari," katanya.
Baca juga: Lampung Targetkan Pusat Pengembangan Ubi Kayu Nasional
Berita Terkait
Dibina Zona Madina Dompet Dhuafa, Masyitoh sukses bisnis keripik ubi ungu
Kamis, 11 Januari 2024 19:35 Wib
Lampung targetkan tingkatkan produktivitas ubi kayu 30 ton per ha
Senin, 27 November 2023 17:44 Wib
Pakan ternak dari batang singkong perlu dikembangkan
Minggu, 12 Maret 2023 9:14 Wib
Kementan akan cari solusi penuhi kebutuhan pupuk petani ubi kayu
Kamis, 22 Desember 2022 22:38 Wib
Lampung diminta kelola ubi kayu jadi bahan pangan
Senin, 21 November 2022 17:22 Wib
Lampung berusaha petani ubi kayu dapat pupuk subsidi
Jumat, 28 Oktober 2022 6:43 Wib
Disperindag Lampung tingkatkan keterampilan IKM olah ubi kayu jadi mocaf
Kamis, 2 Juni 2022 14:32 Wib
Ubi Jalar asal Jabar berhasil tembus ekspor ke pasar Singapura
Jumat, 17 September 2021 23:20 Wib