Beirut (ANTARA) - Mantan Perdana Menteri Lebanon Fouad Siniora pada Kamis dicecar oleh jaksa penuntut mengenai bagaimana dana negara sebesar 11 miliar dolar AS (sekitar 154,2 triliun rupiah) dibelanjakan selama ia menjabat.
Kantornya mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan semua pengeluaran itu sah.
Ini pertama kalinya mantan perdana menteri di Lebanon dipanggil untuk diinterogasi seperti itu sekaligus menyusul aksi protes terhadap elit pemerintah yang secara luas dituduh menggerogoti keuangan milik negara.
Lawan politik Siniora, yang menjadi perdana menteri periode 2005-2008 dan dua kali menjabat sebagai menteri keuangan, menyebutkan 11 miliar dolar AS dana pemerintah tak masuk dalam perhitungan selama ia berkuasa.
Namun dalam pernyataannya, kantor Siniora mengaku bahwa ia telah memaparkan di hadapan jaksa penuntut keuangan pubik ke mana uang tersebut dibelanjakan dan bahwa dana itu digunakan untuk memenuhi keperluan negara.
Reuters melaporkan puluhan orang menggelar aksi protes di depan kediaman Siniora di Beirut dan di depan kantornya di selatan Kota Sidon sambil berteriak dan mengibarkan bendera Lebanon.
"Drama pemanggilan saja tidak cukup. Kami ingin dana itu, kami ingin uang anak-anak kami dan kami akan tetap di jalanan hingga uang itu kembali," kata Majid, salah seorang demonstran di Sidon.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Israel diguncang demo besar anti usulan Netanyahu
Senin, 27 Maret 2023 9:45 Wib
Jenderal AS sebut ISIS lebih kuat di Afghanistan
Jumat, 24 Maret 2023 13:32 Wib
UNHCR ingatkan para pengungsi Rohingya di Aceh agar tidak kabur
Kamis, 23 Maret 2023 17:34 Wib
Brompton dan CHPT3 kembali berkolaborasi rilis sepeda edisi ke-4
Kamis, 23 Maret 2023 13:07 Wib
RUU asal-usul COVID-19 sebagai serangan AS terhadap China
Rabu, 22 Maret 2023 5:35 Wib
Dai Dompet Dhuafa lepas 24 Dai Ambassador ke 14 negara selama bulan Ramadan
Selasa, 21 Maret 2023 20:04 Wib