Presiden Turki sebut AS tidak penuhi kesepakatan Suriah

id Tayyip Erdogan,Kesepakatan Suriah,YPG Kurdi,Donald Trump,Amerika Serikat

Presiden Turki sebut AS tidak penuhi kesepakatan Suriah

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan (kiri) di sela-sela pertemuan puncak negara-negara G20 di Osaka, Jepang, 29/6/2019. ANTARA/REUTERS/KEVIN LAMARQUE/tm

Istanbul (ANTARA) - Presiden Turki Tayyip Erdogan, Kamis, mengatakan Amerika Serikat tidak memenuhi janjinya untuk membersihkan keberadaan milisi Kurdi dari kawasan perbatasan Suriah.

Erdogan menegaskan bahwa ia akan mengangkat isu tersebut saat dirinya bertemu dengan Presiden Donald Trump pekan depan.

Pada Oktober, Turki meluncurkan serangan lintas-perbatasan dengan pemberontak Suriah terhadap para petempur YPG Kurdi. Setelah mengambil kendali 120 km petak wilayah, Turki membuat kesepakatan dengan AS untuk tetap mereka mengeluarkan mereka dari kawasan tersebut. 

Baca juga: Korut dan AS mungkin lanjutkan perundingan pertengahan November

Erdogan akan membahas implementasi kesepakatan dengan Trump itu di Washington pada 13 November setelah memastikan bahwa kunjungan tersebut akan dilanjutkan seusai percakapan via telepon antara kedua pemimpin pada Rabu (6/11) malam.

"Saat kami menggelar pembicaraan ini, mereka yang menjanjikan kami bahwa YPG ... akan angkat kaki dari sini dalam waktu 120 jam tidak tercapai," katanya saat konferensi pers, mengacu pada batas waktu yang ditentukan dalam kesepakatan Oktober.

Pejabat Turki sebelumnya mengatakan Erdogan mungkin membatalkan kunjungan ke AS sebagai protes atas suara DPR AS, yang mengakui pembunuhan massal Armenia satu abad lalu sebagai genosida dan mengupayakan sanksi untuk Turki.

Tetapi, Erdogan mengatakan kesepakatan itu juga tidak dipenuhi karena petempur YPG masih berada di jalur perbatasan. Ia menambahkan bahwa dirinya akan segera menggelar pembicaraan dengan Putin soal isu tersebut. 

Sumber: Reuters

Baca juga: 'Matilah Amerika', teriakan massa Iran di depan bekas kedubes AS