New York (ANTARA) - Harga minyak turun pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat pekan lalu, menambah kekhawatiran atas potensi pasokan yang melimpah.
Harga minyak juga tertekan oleh kekhawatiran tentang kemungkinan penundaan dalam menyelesaikan perang perdagangan Amerika Serikat-China, yang telah mengganggu permintaan minyak global.
Di akhir sesi, minyak mentah berjangka AS menemukan beberapa dukungan setelah TC Energy Corp mengatakan menutup pipa minyak mentah Keystone karena tumpahan di Dakota Utara.
Perusahaan itu tidak mengatakan berapa lama saluran utama, yang membawa 590.000 barel per hari (bph) minyak mentah dari Kanada ke kilang di Midwest AS, tidak berfungsi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember berakhir di 55,06 dolar AS per barel, turun 48 sen atau 0,9 persen.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Desember turun 98 sen atau 1,6 persen menjadi menetap di 60,61 dolar AS per barel.
Stok minyak mentah AS melonjak pekan lalu di tengah impor yang lebih tinggi dan rilis dari cadangan nasional, sementara persediaan bensin dan sulingan memperpanjang penurunan mereka bahkan ketika kilang meningkatkan produksi, kata Badan Informasi Energi AS (IEA).
Persediaan minyak mentah, tidak termasuk Strategic Petroleum Reserve (SPR), naik 5,7 juta barel, kata EIA, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk peningkatan 494.000 barel dan penurunan 708.000 barel yang dilaporkan oleh kelompok industri American Petroleum Institute pada Selasa malam (29/10/2019)
"Rebound yang kuat pada impor Kanada dan rilis SPR lainnya telah mendorong peningkatan persediaan minyak mentah," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di Clipper Data.
Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, untuk minyak mentah berjangka AS naik untuk minggu keempat berturut-turut, bertambah 1,6 juta barel pekan lalu, data EIA menunjukkan, menyeret patokan harga berjangka lebih rendah.
"Stok di pusat pengiriman WTI telah menjadi cenderung lebih tinggi sejak akhir September, yang telah memberikan tekanan pada WTI untuk penyerahan Desember/Januari bulan ini," kata bank Belanda ING dalam sebuah catatan.
Amerika Serikat dan China terus bekerja berdasarkan perjanjian perdagangan sementara, tetapi mungkin belum selesai tepat waktu bagi para pemimpin AS dan China untuk menandatanganinya bulan depan, kata seorang pejabat pemerintah AS.
“Penjualan datang karena memudarnya optimisme atas perdagangan dan penurunan suku bunga Fed. Aset berisiko mendapat pukulan karena pelaku pasar khawatir bahwa AS dan China akan menunda penyelesaian perang perdagangan mereka," kata analis PVM Stephen Brennock.
Federal Reserve pada Rabu memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini guna membantu mempertahankan pertumbuhan AS meskipun ada perlambatan di bagian lain dunia, tetapi mengisyaratkan tidak ada pengurangan lebih lanjut ke depan kecuali jika ekonomi mengambil giliran untuk yang lebih buruk.
Pemotongan suku bunga akan membantu mendukung harga minyak, karena ekonomi yang lebih kuat biasanya menyiratkan permintaan yang lebih tinggi untuk minyak mentah, sementara penurunan persediaan menunjukkan pasar akan seimbang.
Berita Terkait
Kementerian ESDM: Indonesia tak impor migas dari Iran
Senin, 15 April 2024 13:39 Wib
BRIN sebut produksi singkong nasional untuk energi belum memadai
Minggu, 3 Maret 2024 6:07 Wib
PLP sebut limbah minyak hitam kotori kawasan pesisir Bintan
Sabtu, 24 Februari 2024 17:20 Wib
Sumur minyak ilegal terbakar
Minggu, 11 Februari 2024 9:10 Wib
Harga CPO naik 3,78 persen pada periode 16-31 Januari 2024
Selasa, 16 Januari 2024 12:07 Wib
Polda Jambi tangkap pelaku penambangan minyak ilegal
Kamis, 4 Januari 2024 19:45 Wib
Tim Gabungan TNI-Polri di Jambi tertibkan sumur minyak ilegal
Sabtu, 23 Desember 2023 22:06 Wib
Polda Jambi lakukan razia sumur minyak ilegal di Batanghari
Rabu, 29 November 2023 17:40 Wib