Balai Arkeologi Papua menemukan Situs Yope di Kampung Dondai

id arkeologi,papua,situs yope, arkeologi papua

Balai Arkeologi Papua menemukan Situs Yope di Kampung Dondai

Situs Yope di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua. (ANTARA /HO-Balai Arkeologi Papua)

"Oleh masyarakat setempat, Yope berarti kampung di teluk. Yope merupakan sebuah teluk, bagian dari Danau Sentani," kata Hari Suroto, salah satu peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua.
Jayapura (ANTARA) - Peneliti Balai Arkeologi Papua berhasil menemukan Situs Yope di Danau Sentani bagian barat atau tepatnya di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua.

"Oleh masyarakat setempat, Yope berarti kampung di teluk. Yope merupakan sebuah teluk, bagian dari Danau Sentani," kata Hari Suroto, salah satu peneliti senior dari Balai Arkeologi Papua di Kota Jayapura, Sabtu.

Situs Yope dipercaya oleh masyarakat Dondai, pernah dijadikan perkampungan oleh nenek moyang mereka.

"Penelitian arkeologi di Situs Yope berhasil menemukan gerabah prasejarah motif buaya dan bandul jala terbuat dari tanah liat yang dibakar," katanya.
Baca juga: Balai Arkeologi Papua menemukan cangkang moluska di Dondai


Dalam mendapatkan artefak-artefak ini, kata dia, tim peneliti Balai Arkeologi Papua melibatkan nelayan tradisional Dondai, karena artefak berada di dalam air.

"Balai Arkeologi Papua memiliki keterbatasan peralatan menyelam, nelayan tradisional Dondai terbiasa molo yaitu menangkap ikan sambil menyelam. Mereka mampu menyelam cukup lama dalam air," katanya.

Artefak-artefak yang ditemukan di dalam air berupa pecahan maupun utuh. Berdasarkan hasil penelitian dan dikaitkan dengan konteks lingkungan sekitar, maka Yope pada masa lalu merupakan hunian prasejarah, dengan rumah-rumah panggung di atas permukaan air.

"Yope dipilih oleh manusia prasejarah untuk dihuni dengan pertimbangan berada di Danau Sentani yang menjadi sumber air tawar, sumber bahan makanan berupa berbagai jenis ikan dan moluska, terdapat hutan sagu yang pohonnya menghasilkan tepung sagu, ulat sagu, daun dan pelepahnya dapat dijadikan bahan konstruksi rumah," katanya.
Baca juga: Kapak perunggu ditemukan di Situs Bobu Uriyeng Papua


Temuan bandul jala, ungkap dia, membuktikan bahwa manusia penghuni Yope pada waktu itu beraktivitas menjala ikan, berdasarkan studi etnoarkeologi pada budaya Sentani, sebelum dikenal jala modern, mereka membuat jala dari pintalan serat kulit pohon melinjo.

Apalagi, lanjut alumnus Universitas Udayana Bali itu, lingkungan sekitar Yope juga dikenal sebagai daerah habitat buaya Nugini (Crocodylus Novaeguineae), sehingga gerabah motif buaya yang ditemukan dapat diasumsikan bahwa gerabah tersebut dibuat di Yope.

"Hal ini merupakan data baru, karena selama ini Abar di Danau Sentani bagian tengah dikenal sebagai penghasil gerabah. Sehingga dulu di Yope, Sentani bagian barat penghasil gerabah, namun budaya ini telah punah," katanya.
Baca juga: Ekskavasi Balai Arkeologi Papua menemukan obsidian