Emas berjangka ditutup lebih tinggi didorong data ekonomi suram

id harga emas,emas berjangka,kurs dolar,data ekonomi

Emas berjangka ditutup lebih tinggi didorong data ekonomi suram

Ilustrasi - Emas murni 99,9 persen batangan. ANTARA/Shutterstock/aa. (Shutterstock/Oleksandr_Delyk)

Chicago (ANTARA) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena logam mulia didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat yang suram.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember, naik 0,6 dolar AS atau 0,04 persen, menjadi ditutup pada 1.505,3 dolar AS per ounce.

Indeks sentimen konsumen Amerika Serikat direvisi turun menjadi 95,5 pada Oktober dari pembacaan awal 96, University of Michigan mengatakan pada Jumat (25/10/2019).

Namun, greenback yang lebih kuat memperlemah beberapa permintaan safe haven untuk logam kuning. Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,25 persen menjadi 97,87 pada pukul 17.30 GMT, sesaat sebelum penyelesaian transaksi emas.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan turun, karena emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 12,2 sen atau 0,69 persen menjadi ditutup pada 17,926 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 8,2 dolar AS atau 0,89 persen, menjadi menetap pada 933,3 dolar AS per ounce.

Harga emas mencapai tingkat tertinggi hampir dua minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat meningkatkan harapan untuk pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.

Kontrak emas berjangka paling aktif untuk pengiriman Desember, naik sembilan dolar AS, atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 1.504,7 dolar AS per ounce di divisi COMEX New York Mercantile Exchange pada Kamis (24/10/2019).

"Lonjakan (emas) yang kami dapatkan sekarang adalah karena kehilangan angka barang-barang tahan lama di AS," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, seperti dikutip Reuters.

“Kami mengalami beberapa kegagalan dalam beberapa minggu terakhir pada angka-angka ini, baik itu penjualan eceran atau barang tahan lama, dan beberapa angka PMI. Secara keseluruhan, itu memberikan dukungan untuk penurunan suku bunga lagi dari The Fed sebelum akhir tahun."