Menkeu: Indonesia fokus jaga konsumsi domestik hadapi perlambatan global

id sri mulyani,konsumsi domestik,ekonomi global

Menkeu: Indonesia fokus jaga konsumsi domestik hadapi perlambatan global

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ditemui di gedung Mahkamah Agung usai menghadiri pelantikan anggota BPK RI di Jakarta, Kamis (17/10/2019). (Antara News/Dewa Wiguna)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan fokus menjaga konsumsi domestik karena sektor ini mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik dibandingkan negara lain di tengah perlambatan ekonomi global.

"Selama domestik demand masih cukup kuat, mungkin kita bisa menetralisir," kata Sri Mulyani  usai menghadiri pelantikan anggota BPK RI di Gedung Mahkamah Agung di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, lanjut Sri Mulyani, pemerintah akan menjaga agar permintaan dari dalam negeri tidak tertekan mencermati situasi ekonomi global.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat konsumsi rumah tangga berkontribusi besar bagi produk domestik bruto (PDB) sebesar 56 persen.

Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru kembali merevisi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 yang turun 0,2 persen menjadi 3 persen.

Menurut IMF, perang dagang, dan ketegangan geopolitik ditengarai menjadi pemicu melambatnya ekonomi global.

Baca juga: Perbankan lebih selektif salurkan kredit akibat tekanan ekonomi global

Menyikapi laporan itu, Sri Mulyani menilai bahwa IMF sudah melihat risiko yang sudah terjadi dan menimpa negara berkembang dan negara maju.

"Jadi kita harus waspada dari sisi kondisi eksternal kita, ekspor kita masih hadapi tekanan, dan itu juga pasti akan mempengaruhi pertumbuhan," kata Sri Mulyani.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi tetap berada pada kisaran lima persen. Sedangkan negara lain, menurut Sri Mulyani, mengalami penurunan ekonomi yang cukup tajam, seperti India yang diperkirakan tumbuh 7,3 persen menjadi 6,1 persen.

Begitu juga China yang pertumbuhan ekonominya turun tajam dan berada pada kisaran 6,1 persen dan tahun depan diperkirakan berada di bawah 6 persen.

Baca juga: OECD perkirakan pelambatan lebih lanjut ekonomi global 2019 dan 2020