Bandar Lampung (ANTARA) - Kualitas keripik pisang yang diproduksi UMKM Lampung sedikit menurun pada musim kemarauakibat bahan baku yang kualitasnya menurun.
"Selama musim kemarau kita agak terganggu dengan bahan baku pisang yang kualitasnya menurun tidak seperti biasanya, namun kejadian seperti ini biasanya hanya bertahan dalam beberapa bulan nantinya akan kembali normal seperti biasa," ujar Billy, Bandar Lampung, Senin.
Menurutnya, meskipun saat ini musim kemarau hampir usai, stok bahan baku yang ia dapatkan merupakan pisang yang dipetik saat musim kemarau sehingga kualitasnya menurun dan mudah remuk akibat kekurangan air.
Baca juga : Geliat bisnis keripik pisang khas Lampung
"Kita produksi menggunakan pisang jenis Ambon karena kadar airnya cukup banyak dan tidak asam. Bahan baku pisang Ambon yang dipetik saat peralihan musim seperti saat ini volumenya kecil dan mudah hancur, berbeda dengan pisang yang dipetik saat tidak musim kemarau, karena biasanya volume lebih besar dan padat sehingga tidak mudah hancur saat diserut dan dioven, " katanya.
Menurut Billy, stok pisang ia dapatkan dari daerah Bernung, Kedondong dan Negeri Sakti.
Dakam sekali produksi dirinya dapat menghabiskan 100 hingga 200 kilogram pisang Ambon mentah dengan harga beli Rp3.000 hingga Rp4.000 per tandan pisang.
"Kalau masalah untung rugi bisa dibilang rugi karena banyak konsumen mengeluh kualitas keripik menurun dan agak kurang layak untuk dijadikan buah tangan, akan tetapi kerugian dapat diminimalisir dengan cara memilah keripik yang utuh dan yang hancur, " ujarnya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Reno salah seorang penjual keripik pisang Lampung.
Menurutnya, pisang jenis kepok yang ia gunakan untuk bahan baku keripik pisang kualitasnya agak menurun ketika musim kemarau, sehingga membuat beberapa konsumen mengeluhkan bentuk dan ukuran keripik yang menyusut.
"Banyak yang komplain, barangnya kok menyusut dan hancur tidak seperti biasa, " ujar Reno.
Meskipun sedikit merugi dirinya tetap menjual harga keripik pisang dengan kisaran Rp15.000 hingga Rp20.000 per plastik, dirinya pun mengaku meskipun banyak keluhan dari konsumen omset penjualan tetap stabil.
"Banyak cara dilakukan agar konsumen tidak mengeluh, salah satunya memilah keripik yang utuh dan yang remuk atau menambah jumlah keripik per plastik agar tidak terlalu terlihat remuk," ujarnya.
Berita Terkait
Keripik Kresna UMKM binaan BRI gunakan QRIS permudah transaksi
Rabu, 24 April 2024 16:26 Wib
Berkat KUR BRI kripik pisang Njik Njik dikenal sampai ke pelosok negeri
Jumat, 22 Maret 2024 11:17 Wib
OJK sebut pembiayaan perbankan untuk komoditas pisang masih rendah
Senin, 16 Oktober 2023 17:44 Wib
OJK Lampung dukung pembiayaan klaster pisang di Tanggamus
Rabu, 11 Oktober 2023 17:58 Wib
Pemprov Lampung: Temu bisnis klaster petani pisang naikkan daya saing
Rabu, 11 Oktober 2023 12:37 Wib
Mendag targetkan tarif bea masuk nol persen untuk ekspor nanas dan pisang
Rabu, 19 Juli 2023 14:52 Wib
Omzet pedagang keripik pisang di Bandarlampung Rp6 juta per hari
Jumat, 14 Juli 2023 11:18 Wib
Metamorfosis olahan pisang khas Lampung
Minggu, 19 Februari 2023 6:03 Wib