Yayasan Cahaya Guru mengajak pendidik kembangkan kebhinekaan

id Yayasan cahaya guru,Pendidikan kebhinekaan,Kebhinekaan di sekolah

Yayasan Cahaya Guru mengajak pendidik kembangkan kebhinekaan

Dua petugas memasang bagian dari stiker raksasa merah putih di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/7/2019). Memperingati HUT ke-74 Kemerdekaan RI, Bank Mandiri memasang stiker raksasa bertema kebhinekaan di beberapa kantor utama, yaitu Plaza Mandiri, Wisma Mandiri, Museum Mandiri & Graha Mandiri. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww

Pendidikan kebhinekaan memotret pengalaman guru terkait kondisi saat ini, terutama dalam mengembangkan kurikulum pendidikan dengan mengintegrasikan nilai kearifan lokal
Ambon (ANTARA) - Yayasan cahaya guru mengajak para pendidik untuk mengembangkan pendidikan kebhinekaan di setiap sekolah di kota Ambon,provinsi Maluku.

Ketua yayasan cahaya guru, Henny Supolo Sitepu menyatakan, para guru dan kepala sekolah diminta untuk mengembangkan pendidikan kebhinekaan, untuk menguatkan identitas dan sikap intoleran di lingkungan pendidikan.

"Pendidikan kebhinekaan memotret pengalaman guru terkait kondisi saat ini, terutama dalam mengembangkan kurikulum pendidikan dengan mengintegrasikan nilai kearifan lokal," katanya di Ambon, Rabu.

Ia mengatakan, pendidikan kebhinekaan diterapkan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 4 ayat 1 terkait prinsip penyelenggaraan pendidikan.

Undang-undang sistem pendidikan nasional pasal 20 ayat 4 telah dilakukan sejak tahun 2003, tetapi pasal tersebut tidak diabaikan, karena pasal tersebut menyatakan pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Sistem kebhinekaan katanya, tepat diterapkan di Ambon mengingat para pendidik, siswa pernah melewati masa kelam konflik sosial, karena itu harus diberikan pemahaman.

"Pelajaran berharga yang kita dapat ternyata Ambon memiliki budaya pela gandong yang sangat berharga dan menyelamatkan kemanusiaan, karena itu harus terus ditanamkan terutama bagi para siswa," ujarnya.

Henny menjelaskan, mewujudkan upaya tersebut pihaknya melakukan rangkaian kegiatan untuk mengeratkan hubungan persaudaraan melalui budaya pela gandong.

Rangkaian kegiatan dimulai 24- 28 September 2019 yang diawali dengan observasi tiga sekolah di Ambon yakni SMAN 3 yang merupakan sekolah heterogen, SMAN 10 dan SMAN 11 yang merupakan sekolah yang siswanya mayoritas salah satu agama.

Dilanjutkan dengan diskusi terumpun dengan Dinas pendidikan provinsi Maluku dan kota Ambon, serta lembaga sosial, serta lokakarya bagi guru, kepala sekolah dan komite.

Selain itu kunjungan ke rumahibadah yakni masjid tua Wapauwe dan gereja tua Immanuel di Hila Pulau Ambon.

"Lokakarya dikhususkan bagi tiga sekolah yang telah diobservasi diharapkan bisa menjadi contoh dan laboratorium untuk upaya kebhinekaan," katanya.

Melalui kegiatan ini diharapkan akan berlanjut, karena dinas pendidikan dan lembaga lainnya telah menyatakan akan melakukan kerjasama lintas budaya dan agama.